Tuesday, November 5, 2019

Kuda Renggong, Sipan dan Harapan Munculnya Kreasi Baru

Ratusan kuda renggong itu, satu-persatu unjuk gigi, dengan bimbingan dan arahan pawangnya masing-masing.

Kuda-kuda itu, ada yang mengangguk-anggukan kepalanya seirama dengan suara kendang pencak komplit dengan gongnya. Ada juga yang tampak garang, mengangkat kedua kaki depannya, memperagakan adegan pencak melawan sang pawang.

Dok pribadi


Aksi kuda itu terlihat ketika Pemkab Sumedang menggelar Festival Atraksi Pesona Kuda Renggong di Alun-Alun Tanjungkerta, baru-baru ini.  Atraksinya sendiri diikuti 111 ekor kuda dari berbagai daerah di Sumedang.

Seni kuda renggong (kuda menari), di jaman milenial ini memang tetap populer dan menjadi hiburan rakyat yang masih digemari banyak orang. Yang membanggakan, populernya kuda renggong ini, bukan hanya di Sumedang dan Jawa Barat, tetapi juga hingga ke level nasional.

Hal itu setidaknya disampaikan Wawan Gunawan, Staf Kementrian Pariwisata RI ketika hadir pada acara Festival Pesona Kuda Renggong, di Sumedang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, atau politisi Muarar Sirait yang sangat peduli kepada kuda renggong.

“Kuda renggong, adalah seni tradisi yang sangat populer. Bukan hanya di Sumedang, tetapi juga di level nasional,” kata keduanya, suatu ketika kepada penulis.

Terpisah, praktisi seni tradisional jebolan ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung, Ade Abdul Kholik  mengatakan, selain populer, seni kuda renggong juga membawa harum nama Sumedang, di Jawa Barat, Indonesia, bahkan mancanegara.

“Berkat kuda renggong, Sumedang jadi terkenal. Bila menyebut Sumedang, kini, orang bukan hanya ingat tahu (makanan terbuat dari kacang kedelai) saja, tetapi juga ingat kuda renggong,” ujarnya.
Ade mengatakan, ada banyak fihak yang berjasa dan menyebabkan kuda renggong ada dan berkembang. Salahsatunya, Pangeran Aria Soeria Atmadja atau Pangeran Mekah, salahsatu Bupati Sumedang yang memerintah dari 1882 hingga 1919.

Dok pribadi


“Ya, karena beliaulah kuda renggong muncul,” kata Ade seraya menceritakan soal siapa Pangeran Mekah dan bagaimana awal mula Kuda Renggong muncul.

Ia menuturkan, Pangeran Mekah, adalah salahsatu Bupati Sumedang yang memiliki perhatian besar terhadap olahraga balapan kuda. Pangeran Mekah juga disebut-sebut banyak membeli kuda dari Sumbawa untuk dikembang-biakan.

Menurut Ade, ada beberapa juru pelihara kuda yang dipercaya Pangeran Mekah, untuk memelihara kudanya. Salahsatunya, juru pelihara asal Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Sumedang, yang memiliki anak bernama Sipan.

Suatu ketika, Sipan, anak juru piara kuda itu, melihat bahwa kuda sebenarnya bisa disuruh menari jika dilatih dengan tekun. Kuda, di mata Sipan, punya sifat khas penurut.

Yakin bahwa kuda bisa dilatih, sejak tahun 1936 Sipan yang mendapat kepercayaan dari sang ayah untuk memelihara kuda Pangeran Mekah, mulai melatih kuda yang diurus ayahnya tersebut, hingga benar-benar bisa menari. Kuda menari itu, kemudian terkenal dengan sebutan kuda renggong.

“Begitulah. Kalau saja Pangeran Mekah tidak menyuruh ayah Sipan mengurus kuda di istal miliknya di wilayah Licin, Sumedang, kuda bisa menari, mungkin tidak akan tercipta,” kata Ade.

Hasil kerja keras Sipan itu, sejak 1936, di Sumedang mulai terkenal kuda renggong, selain kuda balap.
Dalam perkembangannya, kuda renggong juga menyebar dan berkembang di daerah lain seperti Majalengka, Cirebon, Bandung, Subang, dan Bogor.



Monoton
Membanggakan, begitulah kuda renggong Sumedang, kata sebagian orang. Namun demikian, Ade Abdul Kholik, merasa khawatir terhadap perkembangan Kuda Renggong Sumedang di jaman milenial kini.
Di satu sisi, Ade memang bangga, karena kuda renggong hingga kini masih diminati. Pemkab Sumedang pun hampir setiap tahun menggelar Festival Kuda Renggong. Dalam acara-acara penting seperti Peringatan Hari Jadi Sumedang dan Agustusan pun, Kuda Renggong sering ditampilkan dalam helaran.
Ia bahkan mengaku bangga, karena belakangan, grup Kuda Renggong banyak bermunculan di Sumedang dan daerah lainnya, seiring dengan besarnya permintaan warga untuk nanggap atau menggelar pertunjukkannya. Permintaan tersebut, umpamanya datang dari keluarga yang mengkhitan anaknya, atau acara syukuran lainnya.

Akan tetapi, di sisi lain, setelah ia lihat dan cermati, Kuda Renggong dari dulu hingga kini tidak ada perubahan, terutama dalam gerakan tari yang ditampilkannya.

“Saya lihat, gerakan tari Kuda Renggong itu monoton, belum ada kreasi dan inovasi baru. Dari dulu, gerakannya, seperti itu terus,” ujar guru yang sering diminta jadi juri lomba seni tersebut. ketika ditemui di rumahnya di Pamulihan.

Menurut Ade, gerakan kuda Renggong yang sekarang muncul, merupakan gerakan tari kuda warisan Sipan, juru pelihara kuda asal Cikurubuk, Buahdua.

Adapun gerakan tari kuda  tersebut, adalah adean, torolong, jagrag dan congklang.
Adean, jelas Ade, merupakan gerakan kuda yang seolah-olah melintang jalan atau seolah-olah sedang berahi. Torolong, gerakan lari kuda dengan cepat tapi pendek-pendek, jagrag, gerakan kuda biasa tetapi cepat dan congklang, merupakan lari kuda dengan gerakan cepat dan kaki sama-sama ke depan.
“Mencermati kuda renggong sekarang, saya sebenarnya berharap, senimannya sudah mulai berinovasi dan menciptakan kreasi tari kuda baru. Saya khawatir, karena gerakannya monoton, kuda renggong suatu waktu kurang menarik lagi untuk ditonton,” kata Ade yang pernah aktif berkesenian di Yogyakarta dan Sukabumi tersebut.

Namun Ade mengaku cukup paham mengapa seniman yang terlibat dalam seni kuda renggong enggan mengeksplorasi dan mengotak-atik tari kuda renggong. Di antaranya, karena mereka mengganggap, gerakan kuda warisan Sipan itu merupakan gerakan yang harus dilestarikan, jangan dirobah.

Satu hal lagi, ungkapnya, karena beberapa seniman atau pemilik kelompok seni kuda renggong, malas melakukan inovasi atau yang lainnya. “Mereka sepertinya cukup puas hanya dengan memiliki grup,” kata Ade.

Dok pribadi


Terpisah, Tatang Sobana, Sekretaris Dewan Kesenian Sumedang mengatakan, pemerintah khususnya dinas terkait, sebenarnya bisa berperan dalam hal itu.

Pemerintah misalnya bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan khusus untuk membangkitkan kreatifitas seniman kuda renggong yang bukan hanya sekedar helaran atau festival saja. Umpamanya menyelenggarakan semacam lomba kreasi kuda renggong.

“Pemerintah, dalam era globalisasi sekarang, jangan hanya bicara soal menjaga dan melestarikan, tetapi harus mulai mengajak atau menghimbau senimannya untuk berkreasi, atau menciptakan hal-hal baru,” harapnya.

Yakin Tetap Digemari
Di lain fihak, Suba (51), seorang pawang kuda renggong warga Rancamulya, Sumedang Selatan, tidak menampik jika gerakan kuda renggong dari dulu hingga kini tidak banyak berubah, walau ada satu dua pelatih kuda renggong yang berhasil membuat gerakan baru.

Ia juga setuju bahwa juru latih kuda renggong sekarang harus lebih kreatif, agar kuda renggong tidak membosankan.

Dok pribadi


“Namun kendati gerak kuda renggong tidak berubah, saya yakin, kuda renggong tetap akan digemari. Sebab hebatnya sebuah pertunjukkan kuda renggong itu bukan pada gerak atau atraksi kudanya saja. Ada hal lain yang juga penting,” ujarnya.

Ia menyebut, hal yang juga bisa jadi penyebab kuda renggong hebat dan menarik itu adalah juru sinden dan musik pengiringnya. Jika juru sinden atau penyanyi serta musik pengiringnya asal-asalan, sebagus apapun atraksi kudanya, pertunjukkannya tetap tidak akan menarik.

Hanya memang, akan lebih baik lagi, jika atraksi kuda renggongnya lebih variatif, tidak monoton, atau memiliki kreasi-kreasi baru.

Mengenai gerak kuda renggong, Suba menyebutkan, sepengetahuannya, belakangan sebenarnya ada pelatih kuda yang berhasil membuat inovasi gerak. Maksudnya, gerakan ngibing kudanya, tidak hanya gerakan yang diajarkan Sipan dan keturunnya di Cikurubuk.

“Pelatih tertentu, terutama pelatih keturuan Bah Sipan yang tersebar di beberapa tempat di Sumedang dan Kabuparen Bandung, ada yang berhasil membuat kreasi gerak kuda baru,” kata Suba yang mengaku sering memanfaatkan kuda renggongnya untuk jadi kuda tunggang di pasar dadakan seperti Pasar Dadakan Unpad Jatinangor tiap hari Minggu.

Gerakan tersebut yang paling baru dan disukai adalah gerakan kuda menunduk dan tidur hingga beberapa lama, dan kuda tidur kemudian diberi beban (manusia) di atasnya.

Hanya memang, yang bisa melakukannya hanya pelatih tertentu saja. Selain itu, gerakannya pun masih belum banyak, dan hanya bersifat pengembangan dari gerakan yang diajarkan Bah Sipan saja.
“Tapi mudah-mudahan saja, ke depan pelatih kuda bisa melatih kuda renggongnya dengan gerakan-gerakan yang lebih baru, walau saya rasa susah,” kata Suba lagi. ***





No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more