Pasir Besi, antara PAD & Lingkungan, Tulisan Lama di HU Pikiran Rakyat

 



KETIKA sedang berselancar di mesin pencarian Google, tak sengaja menemukan sebuah tulisan lama ketika masih bekerja di HU Pikiran Rakyat. 

Judul tulisannya "Pasir Besi, Antara PAD & Lingkungan" yang sempat dipublis juga oleh WalhiJabar. 

Untuk dokumentasi, tulisan itu saya simpan di blog ini. Yang ingin membaca, berikut ini tulisan yang dibuat ketika bertugas di wilayah Kabupaten Garut (2006), awal Januari.


PASIR Besi di Jawa Barat bagian selatan memiliki potensi besar, yang dikabarkan mencapai 200 juta ton. Potensi ini tersebar di wilayah Sukabumi, Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya.

Sementara di Garut bagian selatan sendiri, menurut Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Drs. H. Uu Saepudin, S.T., tersebar di 15 lokasi dengan potensi sebesar 87 juta matriks ton.

Menurut sebuah penelitian endapan mineral pasir besi, yang juga mengandung unsur titanium itu, terdapat di sepanjang pantai Garut selatan, terbentang di antara radius 500 meter hingga 1.000 meter dari titik surut pantai sepanjang 40 kilometer.

Potensi pasir besi tersebut tersebar di wilayah Kec. Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Mekarmukti, Bungbulang, Pakenjeng, dan Caringin. Seperti kata Bupati, potensi pasir besi di wilayah kecamatan-kecamatan yang ada pada bentangan pantai sepanjang sekitar 80 km tersebut diperkirakan tak kurang dari 87 juta matriks ton pasir besi.

Berdasarkan perhitungan Uu, potensi pasir besi yang merupakan bahan baku industri logam, campuran bahan baku industri semen maupun industri lainnya di Garut selatan ini memungkinkan Garut tampil sebagai daerah penghasil bahan tambang pasir besi terbesar.

Sayangnya, semua potensi pertambangan berlimpah-ruah itu sampai sekarang masih “perawan”. Potensi-potensi itu masih dibiarkan “terkubur’ di perut bumi sehingga belum bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan kata lain, Garut selatan masih bak mutiara terpendam sampai sekarang.

Uu Saepudin mengatakan, Pemkab Garut bukannya tidak ingin melakukan eksplorasi bahkan eksploitasi sejak beberapa tahun lalu. Masalahnya, pihak yang bersedia berinvestasi untuk menggali potensi-potensi itu bisa dihitung dengan jari. “Itulah masalahnya. Padahal, kami tidak akan mempersulit perizinannya,” kata Uu suatu ketika.

Berdasar catatan “PR”, dalam kurun waktu 10 tahun ini, hanya ada dua perusahaan penambangan yang serius ingin “menggarap” Garut selatan. Perusahaan pertama bernama PT Bumi Harum Sejahtera (BHS). Hanya kiprah PT BHS itu kemudian tidak terdengar lagi, seakan ditelan bumi. Padahal, PT BHS sudah melakukan upaya eksplorasi yang sangat intens, dengan dukungan sebuah BUMN dari Cina.

Namun menurut sumber yang pernah dekat dengan PT BHS, ihwal kenapa PT BHS “mundur” itu karena memendam rasa kecewa kepada pihak tertentu di Pemkab Garut. “Jika tidak salah, BUMN dari Cina itu meminta PT BHS melakukan pemotretan dari udara sebagai sarat keluarnya dana investasi,” katanya.

Namun pemotretan itu ternyata tidak bisa dilaksanakan. Hal itu terjadi, ujarnya, karena pihak tertentu di Pemkab Garut ingin dengan cara patok manual karena mengharapkan “sesuatu”. Padahal, jika tidak ada keharusan melakukan patok manual, potensi pertambangan itu bisa saja sudah tergali.

Setelah PT BHS mundur, sekitar tiga tahun lalu muncul perusahaan penambangan bernama PT Tiger Rut atau belakangan menjadi PT Asgarindo. Setelah membekali izin eksplorasi dari Dinas SDAP, Asgarindo yang disebut-sebut didukung seorang perwira tinggi di Polri itu segera melakukan eksplorasi secara mendalam di beberapa titik di Garut selatan.

Hal itu dibenarkan Direktur Utama PT Asgarindo, Dedi Gandi Sukma. Ia mengatakan, pihaknya memang tengah melakukan eksplorasi pasir besi di wilayah Pantai Cibalong dan Pameungpeuk Garut selatan. Izin eksplorasi diperolehnya dari Dinas SDAP Garut pada 2004 lalu dan berakhir November tahun ini.

“Sesuai izin eksplorasi yang bisa diperpanjang, kegiatan eksplorasi dilakukan di atas lahan seluas 2.500 hektare,” katanya.

Tentangan

Perjalanan Asgarindo tidak semulus harapan. Terlihat dari adanya permintaan penolakan atau kaji ulang eksplorasi dari berbagai elemen masyarakat di Garut selatan. Permintaan itu juga dilontarkan sejumlah anggota DPRD Garut.

Melihat reaksi itu, bupati sempat mengimbau agar masyarakat tidak terburu-buru apriori terhadap kegiatan eksplorasi pasir besi yang saat ini tengah dilakukan sebuah perusahaan tambang di wilayah pantai selatan Garut.

“Kita diberi anugerah Tuhan berupa potensi pasir besi dan tentu mesti kita kelola, tetapi jangan sampai salah penanganan. Sekarang jangan dulu apriori terhadap eksplorasi pasir besi, malah sebaiknya diberi masukan untuk mencari solusi terbaik untuk pengelolaannya,” ingat Bupati.

Masyarakat memang diharapkan mendengar. Namun setidaknya, imbauan bupati tersebut menjadi bahan bagi semua pihak agar secara serius dan cermat melakukan pengkajian terhadap kegiatan rencana eksplorasi maupun eksploitasi bahan tambang pasir besi di Garut dan menyikapinya dengan mengedepankan nalar dan nurani yang sehat. Tidak melulu berdasarkan rasa dan sikap emosional yang ujung-ujungnya untuk kepentingan sesaat, diri sendiri, atau kelompok tertentu. (Aam Permana S./”PR”)***

Ilustrasi foto : pexels/ Wallace Chuck

Post a Comment

0 Comments