OH ya, perlu
diketahui, bila penulis ke Banjar, biasanya selalu bersama wartawan senior
Pikiran Rakyat di Ciamis waktu itu, yakni Kang Suherman DS dan Rahmat Taufik .
Kadang bersama wartawan Harian Metro yang sekarang berubah namanya menjadi
Tribun Jabar, Andri M. Dani.
Banyak hal yang penulis lihat saat bertandang ke Banjar
dalam kurun waktu itu. Yang pasti, saat itu Banjar Patroman tidak ubahnya
kecamatan lainnya. Infrastruktur yang ada
minim sekali. Banjar waktu itu tak
ubahnya sebuah perkampungan besar.
Yang penulis ingat, dalam kurun waktu itu bangunan penting yang ada baru RSUD Banjar, Procit, Kantor Kewedanaan Banjar yang sekarang berubah menjadi pendopo, Polsek Banjar , Stadion Patroman milik H. Johni Jalil Anwar, Terminal Kota Banjar , serta beberapa penginapan. Infrastruktur berupa jalan, waktu itu masih terbilang sederhana.
Yang penulis ingat, dalam kurun waktu itu bangunan penting yang ada baru RSUD Banjar, Procit, Kantor Kewedanaan Banjar yang sekarang berubah menjadi pendopo, Polsek Banjar , Stadion Patroman milik H. Johni Jalil Anwar, Terminal Kota Banjar , serta beberapa penginapan. Infrastruktur berupa jalan, waktu itu masih terbilang sederhana.
PADA tahun 2002, ketika penulis begitu betah berada
di Kab. Ciamis, tiba-tiba perusahaan menarik ke Bandung. Karena malas ke Bandung, penulis sempat
“bermanuver” dengan meminta tokoh penting di PDIP Ciamis Jeje Wiradinata dan Ketua PDIP Jabar Eka
Santosa untuk melobi Pemred Pikiran Rakyat waktu itu, Drs. H. Yoyo S. Adiredja.
Akan tetapi upaya itu gagal. Penulis yang sudah pindah ke
Ciamis bersama keluarga dan ngontrak di Gayam, Ciamis Kota, terpaksa pindah ke
Bandung. Selanjutnya, penulis ditugaskan di Pos Liputan Polda Jabar.
Saat pindah ke Bandung, banyak hal yang menarik bagi penulis di Kab. Ciamis. Selain soal
sodetan yang belum tuntas , di antaranya ada soal ruislag Stadion Patroman dan
Lapang Bhakti , Banjar, yang masuk ranah hukum, serta soal keinginan warga
Banjar Patroman untuk memisahkan diri dari Kab. Ciamis.
Sayang semua itu harus dilewatkan. Untunglah wartawan yang mengganti penulis
waktu itu, Undang Sudrajat, tidak melewatkan masalah-masalah yang menjadi
perhatian penulis waktu itu.(bersambung)
0 Comments