Tanpa
pabrik, dia menambahkan, Langensari akan selalu sepi, baik siang maupun malam.
Itu terjadi karena penduduk Langensari, terutama penduduk usia produktif,
memilih meninggalkan Langensari. Mereka pergi ke kota besar yang lapangan
kerjanya terbuka, seperti Bandung, Bekasi, Bogor, dan Jakarta.
“Langensari
ramainya hanya oleh anak-anak sekolah saja, pada pagi dan siang hari. Lepas
itu, sepi, apalagi pada sore dan malam hari,” tuturnya lagi.
Langensari
merupakan salahsatu kecamatan di Kota Banjar. Wilayah ini berbatasan dengan
Kecamatan Wanareja Provinsi Jawa Tengah yang dipisahkan oleh Sungai Citanduy.
Di sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Kec. Lakbok, Kab. Ciamis, sedangkan
di sebelah barat berbatasan dengan Kec. Pataruman, Kota Banjar.
Berdasarkan
catatan, luas wilayah yang kini memiliki flyover tersebut kurang lebih 29,82
km2, dan dihuni oleh sekira 47.558 orang. Sementara kelurahan dan desanya
adalah Bojongkantong, Kujangsari, Langensari, Muktisari, Rejasari dan
Waringinsari.
Wilayah
ini termasuk wilayah yang cukup terkenal di Kota Banjar. Bukan hanya setelah
Banjar terpisah dari Ciamis, tetapi sejak jaman penjajahan Belanda.
Penyebabnya, di wilayah ini ada stasiun kereta api, yakni Stasiun Langensari
dan pernah ada lapangan terbang yakni Lapangan Udara Langensari.
Kini
keberadaannya semakin terkenal lagi, terutama setelah berdiri flyover megah
yang menghabiskan dana milyaran rupiah. Flyover dibangun, konon, untuk
mengantisipasi pesatnya jumlah pengguna kendaraan bermotor yang melalui kawasan
tersebut. Selain itu, untuk mengeliminir terjadinya kecelakaan di perlintasan
kereta api.
Menurut
Walikota Banjar H. Herman Sutrisno kepada penulis dalam sebuah kesempatan,
Langensari dipersiapkan menjadi kota kedua di Kota Banjar, setelah wilayah kota
ramai. Akan tetapi, hingga Banjar akan berusia sembilan tahun, belum ada bukti
dari harapan tersebut. Langensari, masih menjadi kecamatan yang sepi.***
0 Comments