Monday, February 6, 2012

Onom yang Legendaris, di Era Facebook dan Tweeter (4)

Apa itu onom?
Sejatinya, penulis sudah banyak mendengar soal cerita  makhluk halus yang disebut onom tersebut.  Cerita itu penulis peroleh, baik secara lisan maupun tulisan di koran dan majalah, selama kurun waktu beberapa  tahun, terutama setelah penulis bertugas sebagai wartawan HU Pikiran Rakyat di Ciamis tahun 1999 hingga 2001, kemudian di Banjar sejak 2009 hingga 2011.
Akan tetapi, selama kurun waktu itu, penulis belum berusaha secara maksimal “melihat” Onom kemudian menuangkannya  dalam tulisan khusus.  Persoalannya, “risi” juga jika soal onom dan tetek bengeknya dituliskan di HU Pikiran Rakyat.  Suatu saat,  penulis memang pernah membuat laporan khusus soal Majeti, tapi penulis harus hati-hati benar. Laporan itu pun lebih diarahkan kepada segi bisnisnya.
Belakangan, melalui berbagai pertimbangan , penulis berusaha mengenal lebih jauh Pulu Majeti dan berusaha “memahami” bangsa lelembut yang dikenal dengan sebutan onom tersebut. Penul is berkali-kali datang ke Majeti, berbicara dengan warga setempat dan orang berkompeten lainnya, termasuk juru kunci.
Hasilnya?  Banyak.
Pulo Majeti adalah sebuah gunung kecil yang ditumbuhi pepohonan besar dan tua di kawasan areal rawa yang juga dikenal sebagai Rawa Onom. Luas rawa, berdasarkan catatan yang ada, sekira 947 hektar, tetapi  sekarang kemungkinan besar  arealnya sudah berkurang karena sepengetahuan warga, ada rawa --yang karena tidak berair, berubah menjadi kebun.
Pulau ini, pada jaman Belanda dan Jepang  masuk wilayah Kabupaten Galuh. Ketika Galuh berganti nama menjadi Ciamis, pulau ini juga masuk Kab. Ciamis. Tetapi sejak Kota Banjar berdiri 21 Februari 2003, pulau ini masuk ke wilayah Kota Banjar, sampai sekarang.  Itu terjadi, karena  Kec. Purwaharja yang bersebelahan dengan Kec. Cisaga itu, sebelumnya masuk wilayah  Kewedanaan Banjar. Selain Purwarharja, yang masuk Kewedanaan Banjar adalah Kec. Banjar,  Langensari dan Pataruman.
Menurut warga setempat, ada yang “aneh” dengan Desa Siluman. (bersambung)

No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more