Mereka Kayaknya Tepat Dapat "Sentuhan"

Seperti pernah dituliskan, Mang Ape dan istri sering jalan-jalan ke pelosok kota, sekedar untuk melihat-lihat situasi kota, atau menemui sejumlah warga, untuk berbicara atau menyerap informasi dari mereka. Ada rasa puas, bila hal itu sudah dilakukan. Apalagi jika kehadiran kami, ternyata bisa membuat mereka senang, bahagia.
Salahsatu pertemuan yang membuat kami terharu, adalah ketika kami mendatangi rumah kecil milik Pak X, yang sehari-hari  mencari hidup dengan menjari barang rongsokan. Rumahnya berada di pinggiran kota, dengan sebuah perumahan di Gardu.
Kenapa terharu, karena  kedatangan kami ternyata disambut suka cita oleh Pak X dan istrinya yang keduanya bertubuh kurus pada usia yang diperkitakan 60 tahun itu. “Selama ini tidak ada yang memperhatikan kami. Tetapi Ujang ternyata memperhatikan kami, bahkan sudi rurumpaheun ka bumi abdi,” kata Ibu X.
Sepengetahuan kami, Pak X sehari-hari mencari rongsokan di sejumahan perumahan umum tak jauh dari rumahnya, termasuk di Perum Pintu Singa Regency. Semula dia mencari rongsokan hanya jalan kaki. Namun belakangan, dia menggunakan sepeda.
Dia mengaku, sangat lelah mencari rongsokan. Namun dia terpaksa melakukannya. “Kalau tidak, saya dan istri tidak akan makan,” kata Pak X. Dia bercerita, salahseorang anaknya, sebenarnya menaruh perhatian kepadanya. Rutin memberi uang untuk memberi beras. Namun, kata dia, dia tidak mau terus-menerus menunggu pemberian anaknya. Apalagi karena anaknya pun banyak keperluan.
Banyak hal lain yang disampaikan Pak X dan istrinya, termasuk kisah hidupnya yang harus diusir dari rumah seorang anaknya. Semuanya membuat Mang Ape dan istri terharu, dan sedih.  Atas dasar itulah, belakangan Mang Ape dan istri cukup sering menemui mereka di rumahnya yang berukuran sekira 4X5 meter  tersebut.
Jang haturnuhun.  Mudah-mudahan kasaean Ujang dibales ku anjeunNa,” ujar Ibu X dan Pak X yang hanya bisa menatap Mang Ape dan istri dengan mata berkaca-kaca.
Ada sebuah harapan yang kemudian terlintas di benak Mang Ape. Barangkali Pemkot Banjar yang diketahui mempunyai anggaran besar,  sudah layak menyediakan anggaran untuk menyantuni mereka secara sungguh-sungguh.
Manusia lanjut usia yang ada di Banjar didata, dipilah, kemudian secara bergiliran mendapat santunan yang layak. Kalau manula itu masih bisa memanfaatkan tenaganya, barangkali, layak juga Pemkot mencarikan solusi. Misalnya menyediakan lapangan kerja yang cocok untuk mereka.
Tetapi, bisakah itu dilaksanakan dan usulan Mang Ape didengar?***

Post a Comment

0 Comments