Jatuh Cinta Pada Yang Berbulu Halus, Kelinci

Mang Ape semula tidak mengenal kelinci hias. Kelinci yang dikenal, hanya kelinci biasa, seukuran kucing, makan rumput hijau, dan dagingnya sering disate. Itu pun Mang Ape mengenalnya ketika kecil. Di rumah kakek, di sebuah pedesaan yang sunyi di Kec. Tanjungsari, Sumedang.
Namun belakangan, setelah berkenalan dengan beberapa teman pecinta kelinci di Banjar, perlahan Mang Ape menyukai  kelinci hias. Dan kelinci hias, memang punya sejumlah alasan yang bisa membuat seseorang ingin memeliharanya, walau harganya umumnya mahal. Bentuknya yang unik (dengan wajah dan telinga aneh), serta penampilannya yang tenang, adalah beberapa alasan yang membuat seseorang “jatuh cinta”.
Hingga sekarang, Mang Ape sebenarnya belum memutuskan untuk membeli  lalu memelihara kelinci hias di rumah, di Banjar. Namun kemungkinan besar, di rumah akan segera muncul kandang kelinci hias lengkap dengan penghuninya. Kebetulan istri dan anak Mang Ape, tertarik juga.
Hal lain, karena sudah mulai “jatuh cinta”, Mang Ape  dengan kesadaran tinggi, sedia menyertai beberapa pengurus Himpunan Pecinta Kelinci Banjar Patroman (HPKBP) menemui Sekda Kota Banjar drh. Yayat Supriyatna  untuk mengabarkan keberadaan perhimpunan, dan rencana perhimpunan menyelenggarakan kontes tingkat nasional berlabel “Walikota Cup”.
Mang Ape pun malah sedia mengantarkan pengurus, di antaranya Kang Heru (pemilik pencucian mobil terkenal di Jalan Gudang), Ali Nurdin (Staf di Satpol PP Kota Banjar) dan Yogi, rekan Mang Ape dari Perum Pintu Singa Regency, menemui pejabat di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Banjar, untuk menyampaikan hal sama. Sayang, saat itu Ilyas, pemilik puluhan kelinci di Batulawang yang kerap menjadi juara kontes kelinci, tidak hadir karena ada anggota keluarganya yang sakit.
Itu semua, sebagai wujud hadirnya rasa cinta di diri Mang Ape, untuk turut mewarnai keberaan perhimpunan.
Memang terasa ada yang aneh. Seperti halnya Kang Heru yang merasa aneh karena biasanya berurusan dengan sepeda motor balap, tetapi kemudian mencintau kelinci, Mang Ape juga aneh, karena biasanya berurusan dengan dunia jurnalistik dan koran,  tiba-tiba berurusan dengan kelinci.
Tapi semuanya itu dianggap sebagai dinamika kehidupan. Kehidupan itu bergerak, dinamis. Maka, jika seseorang selalu ingin statis, tidak mau mencoba situasi dan cita-cita baru, patut disayangkan.  Katena itu, sesekali, cobalah menatap kemudian mengelus bulu kelinci, dijamin asyik, hehehe….*

Post a Comment

0 Comments