Penyanyi pop asal Amerika Serikat, Sabrina Carpenter, yang dikenal sebagai salah satu ikon pin-up generasi terbaru, menyampaikan keberatannya terhadap penggunaan musik miliknya oleh pemerintahan Donald Trump. Hal ini mencuat setelah lagu Carpenter berjudul "Juno" dimasukkan dalam video yang memperlihatkan operasi penertiban imigrasi ilegal oleh ICE dan dibagikan melalui akun resmi Gedung Putih.
Mengutip laporan Associated Press pada 2 Desember waktu setempat, Carpenter bereaksi keras terhadap penggunaan karyanya tersebut. Ia menyebut tindakan itu "jahat serta menjijikkan" dan menekankan bahwa dirinya tidak ingin musiknya dikaitkan dengan kebijakan yang disebutnya tidak manusiawi.
Video tersebut juga menyertakan kutipan lirik dari "Juno", seperti "Have you ever tried this one?" serta frasa "Sexual freedom." Terkait polemik ini, juru bicara Gedung Putih Abigail Jackson mengatakan pihaknya tidak akan meminta maaf terkait deportasi pelaku kriminal dan imigran ilegal. Jackson bahkan menyinggung album Short n’ Sweet milik Carpenter sebagai bentuk jawaban "singkat dan manis." Hingga berita ini dibuat, video itu tetap beredar di TikTok dan X.
Carpenter memulai karier pada 2013 melalui serial Disney Girl Meets World, kemudian memperluas kiprahnya sebagai penyanyi dengan lagu seperti "Nonsense" dan "Feather."
Pada 2023, ia turut mendampingi Taylor Swift dalam The Eras Tour. Kesuksesannya makin menanjak setelah lagu Espresso meledak di pasar global dengan lebih dari 200 juta stream pada bulan pertama perilisan. Album Short n' Sweet memberinya dua Grammy dalam kategori Best Pop Solo Performance dan Best Pop Vocal Album, sekaligus mengukuhkannya sebagai salah satu figur mode dan pop culture terkuat saat ini.
Kasus yang dialami Carpenter bukan yang pertama. Musisi seperti ABBA, Bruce Springsteen, Olivia Rodrigo, R.E.M., Panic! At The Disco, Guns N' Roses, Celine Dion, Beyoncé, Adele, hingga Phil Collins juga pernah memprotes penggunaan karya mereka oleh pemerintahan Trump.

0 Comments