Skenario Film Horor Pendek : Legenda Ular Kuning Cadas Pangeran



Judul: Legenda Ular Kuning Cadas Pangeran

Durasi: 14 menit

Genre: Horor folklor

Lokasi: Jalan raya Cadas Pangeran, Sumedang, Jawa Barat – malam hari, hujan gerimis, kabut tebal menyelimuti jurang.

Karakter:


Dita (24), mahasiswi seni yang sedang sketsa tugas akhir di seputar Cadas Pangeran.

Reza (26), pacarnya, driver ojek online yang menjemput Dita malam itu.

Mbah Sarijem (70), perempuan tua penjaga warung kecil di pinggir jurang, satu-satunya warung yang masih buka.


[FADE IN]

Malam. Hujan tipis. Lampu motor Dita mati di tengah tanjakan curam Cadas Pangeran. Dia menelpon Reza, suara gemetar.

DITA (berbisik ke HP)

Mas, aku di deket plang “Cadas Pangeran km 26”. Motor mati, gelap banget… cepet jemput ya.

Di latar belakang, kabut bergulung seperti asap putih yang hidup.

Reza datang 20 menit kemudian dengan motor Supra tua. Dia memaki-maki motor Dita yang rewel, lalu mereka memutuskan meninggalkan motor itu semalam saja, besok diambil.

Saat akan putar balik, lampu motor Reza menyorot sesuatu di tepi jurang: sehelai kain kuning terang berkibar tertiup angin, tergantung di dahan pohon waru yang sudah lapuk. Kain itu basah, tapi warnanya tetap menyala terang – kuning telur yang tidak wajar.

REZA

Itu kain apa? Kok glowing sendiri…

DITA

Jangan disentuh, Mas. Kata orang-orang sini, kalau ada kain kuning di Cadas Pangeran malam-malam… itu tanda Dia lagi nunggu.

REZA (tertawa gugup)

Ular Kuning? Itu cuma cerita buat nakut-nakutin anak kecil.

Tiba-tiba lampu motor mati total. Hanya lampu HP mereka yang menyala lemah.

Dari dalam kabut, terdengar suara gemerisik rumput… lalu bau amis seperti bangkai bercampur kemenyan.

Mbah Sarijem muncul dari balik warungnya yang gelap, hanya diterangi lilin kecil. Wajahnya penuh kerut, matanya kosong.

MBAH SARIJEM (suara serak)

Kalian lihat kain kuning itu, ya?

Sudah telat. Dia sudah “nanda” kalian.

REZA

Nanda apa, Mbah? Kami cuma mau pulang.

MBAH SARIJEM

Dahulu, putri bupati Ciamis dilamar paksa oleh patihnya sendiri. Dia menolak, lalu dibunuh dan mayatnya dibuang ke jurang ini. Sebelum mati, dia bersumpah akan kembali sebagai ular kuning raksasa… menagih nyawa laki-laki yang berani lewat malam Jumat Kliwon sambil membawa perempuan yang dicintainya.

Kain kuning itu kain kebaya yang dia pakai waktu dibunuh. Kalau sudah kelihatan, berarti Dia sudah pilih siapa yang akan “nganthin”.

Dita memegang tangan Reza erat-erat. Tangan Reza dingin.

Tiba-tiba dari dalam jurang terdengar suara seperti batang pohon besar bergeser… lalu sesuatu yang sangat panjang dan licin menyelinap naik ke aspal. Sisiknya mengkilat kuning keemasan di bawah cahaya HP, diameter tubuhnya hampir selongsong ban truk.

Reza menarik Dita lari ke warung Mbah Sarijem. Mbah menutup pintu kayu rapat-rapat, tapi celah-celahnya masih terbuka.

Melalui celah itu, mereka melihat kepala ular raksasa itu muncul di depan warung. Matanya merah menyala, tapi di atas kepalanya… ada mahkota emas kecil yang sudah berkarat, dan sehelai kain kuning basah melilit lehernya seperti syal.

ULAR KUNING (suara berat, tapi lembut seperti perempuan)

Aku sudah lama menunggu pengganti patih itu…

Kau bawa perempuan yang kau cintai malam ini, kan?

Reza menelan ludah. Dita menangis.

MBAH SARIJEM (berbisik)

Ada dua cara: serahkan laki-lakinya… atau perempuannya ikut serta jadi “pengantin kadaleman”. Kalau tidak, kalian berdua mati di sini.

Dita menatap Reza. Reza menatap Dita. Hujan makin deras.

REZA (dengan suara bergetar)

Dit… aku jemput kamu karena aku sayang. Tapi aku nggak mau kamu mati.

Dia membuka pintu warung pelan-pelan, melangkah keluar. Ular Kuning mendesis puas.

DITA (teriak)

MAS REZA JANGAN!!

Reza berlutut di depan ular itu.

REZA

Ambil aku. Tapi lepaskan dia.

Ular mendekat, lidahnya yang bercabang menyentuh pipi Reza. Lalu tubuh kuning raksasa itu melingkar mengelilingi Reza, semakin erat… semakin erat…

Dita menjerit. Mbah Sarijem memeluknya dari belakang, menutup matanya.

Saat jeritan terakhir Reza terputus, tubuhnya lenyap ditelan kegelapan di dalam lingkaran ular. Hanya tersisa helmnya yang tergeletak di aspal, dan kain kuning itu kini melilit helm seperti ikat kepala.

Ular Kuning menoleh ke arah Dita sekali lagi… lalu perlahan tenggelam kembali ke jurang. Kabut menutup semuanya.

[POTONG KE]

Pagi hari. Polisi datang karena ada laporan motor tergeletak. Mereka hanya menemukan motor Dita, helm Reza, dan kain kuning yang masih basah tergantung di pohon waru.

Dita duduk di warung Mbah Sarijem, wajahnya kosong. Di tangannya, ada gelang emas kecil yang biasa dipakai Reza – sekarang sudah berubah warna menjadi kuning keemasan mengkilat, seperti sisik.

MBAH SARIJEM (menghela napas)

Setiap Jumat Kliwon, dia akan kembali mencari pengantin laki-laki baru.

Dan kau… sekarang jadi “penandanya”. Kain kuning akan muncul lagi malam nanti, di tanganmu.

Kamera zoom ke wajah Dita yang tiba-tiba tersenyum tipis – senyum yang bukan miliknya.

DITA (suara berlapis, ada suara perempuan lain di dalamnya)

Aku sudah dapat penggantinya.

Sekarang giliran orang lain yang membawa kekasihnya lewat sini… malam Jumat Kliwon.

Kamera mundur perlahan. Di belakang Dita, bayangan ular kuning raksasa terlihat samar di kabut pagi, melingkar di sekitar warung… menunggu malam kembali tiba.

[FADE OUT]

Tulisan akhir:

“Jangan pernah membawa orang yang kau cintai melewati Cadas Pangeran di malam Jumat Kliwon… karena Dia masih menagih janji.”


Post a Comment

0 Comments