Saya bersama keluarga berada di Kota Banjar sudah lebih dari
dua tahun. Tetapi tanpa keluarga, sudah
lebih dari tiga tahun. Kenapa begitu, karena sebelum keluarga diboyong ke
Banjar dan tinggal di sebuah perumahan yang tenang dengan penghuni yang ramah-ramah,
saya sudah tugas di Banjar. Saya tinggal di mess kantor, Jalan Cikabuyutan.
Menginjak tahun ketiga ini, saya bersama istri kerap
melakukan perjalanan ke sudut-sudut kota. Biasanya dilakukan pada Sabtu atau Minggu,
ketika saya lepas dari tugas keseharian sebagai tenaga penjualan HU Pikiran
Rakyat.
Tempat-tempat yang belum disinggahi, kami susuri berdua.
Biasanya dengan jalan kaki. Kadang, menggunakan kendaraan. Tetapi dengan alasan
sambil berolahraga, kami lebih sering melakukan perjalanan dengan jalan kaki.
Berangkat pagi, pulang kadang siang, tergantung jauh tidaknya lokasi yang
dituju.
Lokasi terakhir yang kami susuri, adalah Stasiun Kereta Api
Karangpucung. Kami berjalan dari perumahan di kawasan Gardu, melewati Balokang,
terus berjalan sampai ke stasiun yang sekarang tidak digunakan untuk menaikkan
dan menurunkan penumpang itu. Merasa belum lelah, kami berjalan kembali sampai
ke Terminal Angkot Karangpucung, yang berbatasan dengan Cimaragas, Ciamis.
Terus terang, ada kegembiraan yang sukar diucapkan bila kami
melakukan perjalanan seperti itu. Apalagi setelah kami banyak bertemu warga
setempat dan berbicara mengenai berbagai hal. Kami bisa tertawa dengan mereka ,
atau juga merasakan kegetiran sebagai warga kota atau sebagai warga negara
Indonesia yang berada di daerah pinggiran.
Begitulah. Esok hari, kami tentu akan menyusuri kawasan kota
lainnya. Kami akan mencermati setiap sudut yang ada di Kota Banjar yang kadung
kami cintai, dan insya Allah tidak akan kami tinggalkan, sampai akhir hayat.
***
0 Comments