Pak Rongsok yang Tabah


Banyak cara untuk mencari nafkah. Salahsatunya adalah mencari rongsokan termasuk plastik atau bahan lainnya yang bisa didaur ulang, seperti yang dilakukan seorang pria di Bendung Manganti di perbatasan Ciamis (Jawa Barat) dan Sidereja, Cilacap (Jawa Tengah).
Pria yang mengaku asal Langensari Kota Banjar ini, tiap hari, pagi atau siang menarik sampah di sungai Bendung Manganti. Dengan alatnya, dia mengambil sampah yang mengapung dibawa air, kemudian dikumpulkan di atas jembatan untuk dipilah-pilah lagi.
Tiada keluh dan kesah. Dia begitu tabah menjalaninya ,walau panas begitu tajam dan membuatnya mandi keringat.
Dia terus bekerja, di tengah tatapan sejumlah pengunjung Manganti. Pikirnya, peduli dengan orang-orang. “Yang aku pedulikan adalah anak istriku di rumah,” barangkali begitu dalam hatinya.
Penulis mencoba menyapanya, di hari Minggu yang terik itu. Dia terkejut. Barangkali, dia tak nyangka  ada orang yang mengajaknya bicara.
“Oh, Aden. Saya sudah ada lima tahun mencari rongsok di sini, Den.  Saya terpaksa melakukannya karena tidak ada yang bisa saya lakukan untuk menafkahi keluarga, selain ini,” ujarnya sambil membuka pelindung kepalanya.
Dia mengatakan, dia punya keluarga di Langensari, Kota banjar.  Pulang biasanya seminggu sekali, sambil membawa hasil menjual rongsokan.  Di kawasan Manganti, dia tinggal bersama saudaranya dari istrinya.
Penulis sebenarnya berniat mengajaknya bicara panjang. Akan tetapi dia meminta diri, untuk melanjutkan pekerjaannya. “Maaf, Den…,” ujarnya.
Penulis mengangguk, paham. Walau sekilas, penulis  merasa pertemuan itu bermanfaat. Penulis bisa belajar tentang ketabahan, tentang kesabaran, tentang tanggungjawab kepada anak dan istri atau keluarga. Tentang sungai yang dihadirkan Tuhan, juga untuk kehidupan manusia.
Terimakasih, Pak Rongsok!


Post a Comment

0 Comments