Kenapa? Karena dalam RPJMD itu jelas ditulis visi dan misi
Bidang Pariwisata di Pemkot Banjar. Tertulis jelas bahwa Pemkot Banjar akan berusaha meningkatkan
keunggulan daya tarik wisata, melalui pengembangan produk wisata yang unik,
tradisional, dan mencerminkam jati diri masyarakat Kota Banjar.
Untuk mencapai itu, direncanakan berbagai program, antara
lain meningkatkan kualitas objek dan
daya tarik wisata,meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, meningkatkan
atraksi wisata, dan meningkatkan kualitas, pelayanan dan informasi wisata. Pada
akhirnya, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan ke Banjar akan meningkat.
Akan tetapi, berdasarkan catatan Mang Ape, setelah sekian
tahun berjalan sejak RPJMD diresmikan, pariwisata di Banjar tidak berkembang
dengan hasil seperti diharapkan. Mang
Ape mencatat, seni-seni tradisional yang ada yang sebenarnya punya nilai jual
bagus, ternyata kurang digarap.
Tradisi “ngabungbang” yang sebenarnya merupakan tradisi
peninggalan karuhun Batulawang, misalnya, tidak diupayakan untuk dikelola
maksimal. “Ngabungbang” tidak diupayakan menjadi milik Pemkot /masyarakat
Banjar, tapi masih dibiarkan menjadi “milik”
masyarakat Batulawang saja. Padahal, “ngabungbang”, adalah tradisi yang bisa
meningkatkan kulialitas objek wisata Banjar.
Objek wisata yang berkaitan dengan supranatural, juga
dibiarkan tidak dikelola maksimal. Makam Prabu Singa Perbangsa misalnya,
kondisinya dilihat Mang Ape begitu memprihatikan. Makamnya dibiarkan berupa
semak dan “bala” tanpa perawatan samasekali.
Upaya untuk mengunkap sejarah di balik makam tua itu pun, tidak
dilakukan oleh Pemkot Banjar.
Situs Majeti juga, sepertinya harus bernasib sama. Walaupun
menjadi kawasan cagar budaya seperti halnya Makam Prabu Singa Perbangsa,
kawasan itu dibiarkan tidak dikelola secara baik.
Padahal, sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang, trend
wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata seperti Majeti dan Makam Singa
Perbangsa, sedang bagus.
Informasi tentang wisata Banjar yang direncanakan ditingkatkan pun, nyaris
tidak ada.
Mang Ape tidak tahu alasan pasti mengapa Pemkot Banjar tidak
secara penuh mengelola wisata. Apakah karena pejabat di dinas terkait kurang mendapat
masukan soal itu? Ataukah Pemkot Banjar menganggap mengembangkan wisata tidak
akan bisa meningkatkan PAD?
Entahlah….Yang jelas, walaupun di Banjar sekarang ada
waterpark, tetapi, sepertinya warga Banjar tidak bangga dengan prestasi itu….***
0 Comments