Wisata Banjar, Belum Seperti yang Diharapkan, Gan!

Jika melihat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjar yang dikonsep tahun 2009, sebenarnya ada harapan pariwisata Banjar  akan berkembang. Kualitas objek wisata bagus, dan kunjungan wisatawan ke Banjar  meningkat.
Kenapa? Karena dalam RPJMD itu jelas ditulis visi dan misi Bidang Pariwisata di Pemkot Banjar. Tertulis jelas bahwa  Pemkot Banjar akan berusaha meningkatkan keunggulan daya tarik wisata, melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional, dan mencerminkam jati diri masyarakat Kota Banjar.
Untuk mencapai itu, direncanakan berbagai program, antara lain  meningkatkan kualitas objek dan daya tarik wisata,meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata, meningkatkan atraksi wisata, dan meningkatkan kualitas, pelayanan dan informasi wisata. Pada akhirnya, diharapkan jumlah kunjungan wisatawan ke Banjar akan meningkat.
Akan tetapi, berdasarkan catatan Mang Ape, setelah sekian tahun berjalan sejak RPJMD diresmikan, pariwisata di Banjar tidak berkembang dengan hasil seperti diharapkan.  Mang Ape mencatat, seni-seni tradisional yang ada yang sebenarnya punya nilai jual bagus,  ternyata kurang  digarap.
Tradisi “ngabungbang” yang sebenarnya merupakan tradisi peninggalan karuhun Batulawang, misalnya, tidak diupayakan untuk dikelola maksimal. “Ngabungbang” tidak diupayakan menjadi milik Pemkot /masyarakat Banjar, tapi masih dibiarkan menjadi  “milik” masyarakat Batulawang saja. Padahal, “ngabungbang”, adalah tradisi yang bisa meningkatkan kulialitas objek wisata Banjar.
Objek wisata yang berkaitan dengan supranatural, juga dibiarkan tidak dikelola maksimal. Makam Prabu Singa Perbangsa misalnya, kondisinya dilihat Mang Ape begitu memprihatikan. Makamnya dibiarkan berupa semak dan “bala” tanpa perawatan samasekali.  Upaya untuk mengunkap sejarah di balik makam tua itu pun, tidak dilakukan oleh Pemkot Banjar.
Situs Majeti juga, sepertinya harus bernasib sama. Walaupun menjadi kawasan cagar budaya seperti halnya Makam Prabu Singa Perbangsa, kawasan itu dibiarkan tidak dikelola secara baik.
Padahal, sejak beberapa tahun lalu hingga sekarang, trend wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata seperti Majeti dan Makam Singa Perbangsa, sedang bagus.
Informasi tentang wisata Banjar  yang direncanakan ditingkatkan pun, nyaris tidak ada.
Mang Ape tidak tahu alasan pasti mengapa Pemkot Banjar tidak secara penuh mengelola wisata. Apakah karena  pejabat di dinas terkait kurang mendapat masukan soal itu? Ataukah Pemkot Banjar menganggap mengembangkan wisata tidak akan bisa meningkatkan PAD?
Entahlah….Yang jelas, walaupun di Banjar sekarang ada waterpark, tetapi, sepertinya warga Banjar tidak bangga dengan prestasi itu….***

Post a Comment

0 Comments