KETIKA Kota Banjar semakin seru dengan kehadiran tokoh-tokoh
potensial yang menyatakan diri siap mencalonkan diri menjadi Walikota Banjar
2013-2018, Mang Ape tiba-tiba ingat kepada percakapan melalui pesan pendek
dengan Walikota Banjar H. Herman Sutrisno, suatu ketika.Walaupun tidak penting
bagi kebanyakan orang, tetapi Mang Ape ingin mencatatkan sebagian dari isi “percakapan”
itu. Sengaja dicatat, tiada lain untuk membuktikan bahwa H. Herman sebenarnya
terbuka dalam hal suksesi di Banjar. Dia juga, Mang Ape nilai benar-benar
merupakan tokoh yang bisa bersikap
sebagai seorang “maha guru”.
Ceritanya, ketika itu (harinya lupa), Mang Ape (melalui sms)
sengaja bertanya soal sikap Partai Golkar Banjar dalam suksesi 2013 nanti;
apakah hanya akan mengusung tokoh dari internal atau akan dari luar juga.
Jawaban H. Herman penting bagi Mang Ape yang kebetulan mengelola beberapa blog/website.
Menerima sms seperti itu, H. Herman langsung merespons.
Namun sebelum menjawab, dia bertutur bahwa dia mendoakan
Mang Ape agar suatu saat bisa menjadi Walikota Banjar menggantikannya. “Saya
mendoakan Aam sukses,” tulisnya, tulus. Kok? Kenapa dia berdoa untuk Mang Ape seperti
itu?
Tanpa perlu bertanya, dalam pesan pendeknya H. Herman
menjelaskan bahwa ketika wartawan Pikiran Rakyat Handoko menemuinya untuk
bercakap soal suksesi, Handoko dengan nada guyon menyebutkan bahwa Mang Ape
berencana akan ikut mencalonkan diri di Banjar –sebagaimana halnya pernah
dilakukan di Garut beberapa tahun lalu. Mang Ape mengaku, memang percakapan soal itu
pernah terjadi dengan Handoko.
Karena disampaikan seorang jurnalis, ucapan rekan wartawan
Pikiran Rakyat itu tentu saja dianggap betul oleh H. Herman.
Padahal, terus terang, Mang Ape bercakap dengan Handoko,
tidak dalam keadaan serius, tetapi hanya percakapan penuh guyon, di Kantor
Perwakilan PR Banjar, pada suatu hari yang cerah.
Mang Ape tahu diri. Jadi, keinginan mencalonkan diri menjadi walikota itu,
tidak begitu menggelegak. Landai-landai
saja. Mang Ape yakin, membangun
masyarakat itu, tidak melulu harus menjadi pemimpin dulu. Tanpa menjadi
walikota, Mang Ape tetap bisa berbuat sesuatu untuk kemaslahatan warga Banjar,
seperti yang terus dilakukan Mang Ape sejak “jatuh cinta” kepada Banjar, sekira
empat tahun yang lalu.
Tetapi, sebagai wujud
rasa hormat kepada H. Herman yang sudah
memberikan atensi --walaupun Mang Ape
selama menjadi wartawan sering mengkritisi kebijakannya—Mang Ape menyampaikan
terimakasih atas doanya. “Hatur nuhun, Dok…,” tulis saya.
H. Herman kemudian menjelaskan, bahwa Partai Golkar Banjar,
dalam menentukan tokoh yang akan diusung dalam suksesi, tidak akan sembarangan.
Pihaknya akan melakukan beberapa survey, yang akan dilakukan oleh lembaga survey
berpengalaman. Survey itu akan dilaksanakan, untuk melengkapi survey
pendahuluan yang hasilnya sudah diketahui.
Siapapun, kata dia, berpeluang menjadi tokoh yang akan
diusung Partai Golkar. Sebelumnya, semua tokoh potensial akan disurvei, baik
dari internal maupun dari eksternal. “Kami akan hati-hati Am, karena tokoh itu
berpengaruh terhadap masa depan Banjar. Kamu juga, Am, akan saya survey,”
tulisnya lagi.
Lagi-lagi Mang Ape menyampaikan terimakasih.
Mang Ape kemudian menimpali bahwa disurvey Golkar itu
merupakan suatu kebanggaan. Namun Mang Ape mengatakan bahwa di Partai Golkar
Banjar itu banyak politisi yang handal,
dan layak mengganti posisi H. Herman sebagai Walikota Banjar. Mereka juga (ini
mah tidak disampaikan dalam sms) sudah begitu mengakar di masyarakat Kota Banjar.
Jadi, kalaupun Mang Ape maju, mungkin tidak dengan “baju” pohon beringin.
Di luar politisi Golkar, di Banjar pun ada politisi yang
kebetulan teman dekat Mang Ape sejak tahun 1999, yakni H. Akhmad Dimyati. Kang
Dimy yang sudah menjadi wakil walikota
sebanyak dua periode, cukup layak mengganti posisi H. Herman. Dua periode
mendampingi H. Herman, Kang Dimy pasti mempunyai pengalaman yang tebal, dan
bermanfaat sekali setelah menerima “tongkat komando” dari H. Herman Sutrisno.
Begitulah.
Mang Ape tidak tahu, apakah H. Herman yang sudah menunjukkan
keterbukaan dan sikap negarawan yang “aduhai” itu, suatu saat nanti betul-betul akan mensurvey
Mang Ape atau tidak. Tetapi, sekalipun tidak, Mang Ape tidak akan menagihnya. Sebab,
sekalipun disurvey, Mang Ape tidak akan berarti apa-apa. Lagipula, Mang Ape, dengan melihat pengalaman yang sudah-sudah di
Tanah Air, tidak begitu percaya kepada survey yang dilakukan lembaga survey.
Pasalnya, survey itu ternyata kebanyakan meleset, walau ada yang (kebetulan)
tepat.
Lepas dari ucapan H. Herman soal survey, Mang Ape tetap
merasa bahwa H. Herman, sudah berhasil menunjukkan sikap kebapakan dan politisi
senior yang terbuka. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya doa untuk Mang Ape.
Ya, doa “semoga Aam sukses…” tadi. Konon, doa seorang pemimpin itu, “matih”
juga selain doa ibu kandung atau orang tua. Doa seorang pemimpin, konon, sering
“saceduh metu saucap nyata…”.
Sukses itu dambaan setiap orang. Dan Mang Ape perlu sukses
juga di lembur kadua, Banjar Patroman ini.
Menjadi walikota adalah salahsatu wujud kesuksesan itu. Tetapi bisa juga
dalam bentuk lain yang Mang Ape tidak mengetahuinya….(Aam P Sutarwan)***
0 Comments