"Bang Thoyib…. Bang Thoyib…..
Kenapa tak pulang-pulang…..”
Sebenarnya makam itu makam biasa, tak ubahnya makam yang
lainnya. Akan tetapi ,karena nama pemilik pusaranya sama dengan title sebuah lagu dangdut yang sempat sohor ,
penulis jadi tersenyum. Betapa tidak,
karena yang istirahat dengan nyaman di
pusara sebuah pemakaman kecil Desa Jajawar, Kota Banjar itu, Thoyib.
“Wah Bang Thoyib ternyata sudah meninggal. Pantas tidak
pulang-pulang,” celetuk istri, sambil “luak-lieuk” karena diserang rasa takut. Maklum,
saat lewat pemakaman, jalanan umum Banjar-Karangpucung itu, sepi. Angkot tidak
ada. Warga setempat pun tidak ada yang “ngulampreng” karena pemakaman cukup
jauh dari pemukiman warga.
Tentu, Thoyib yang dikuburkan di pemakaman Jajawar bukan
tokoh yang jadi inspirasi lagu Bang Thoyib. Thoyib di maksud, dalam keterangan
di pusara, warga setempat, dan meninggal beberapa tahun yang lalu. Tetapi,
betapapun, makam itu telah mengingatkan penulis dan istri kepada lagu yang
masih terdengar di radio-radio tersebut.
Pemakaman yang sepi di Jajawar itu dibelah jalan kota trayek
Banjar-Karangpucung. Artinya, makam berada di sebelah kanan dan kiri jalan.
Makam yang ada tidak begitu banyak, barangkali hanya ada
sekira 70-an makam. Semua makam berada dalam keteduhan pohonan rindang. Sebuah
bangunan berupa dangau berdiri, dan dihuni seorang penunggu makam.
Semoga penghuni makam tenang berada di dalam kubur, termasuk
“karuhun” Jajawar yang konon dimakamkan di situ juga. Amin.***
No comments:
Post a Comment