Onom, di Era Facebook dan Tweeter (11)

Suatu ketika, Bupati yang tercatat dalam sejarah Ciamis sebagai bupati yang mengganti nama Kabupaten Galuh menjadi Ciamis itu, pernah dikepung pemberontak dari Partai Komunis Indonesia (PKI) ketika sedang berada di pendopo.  PKI berniat menangkap dan membunuh Bupati yang ketika didatangi sedang sendirian.
Saat mengetahui diserang PKI, Rd. RTA Sastrawinata tenang-tenang saja.  Sebaliknya, gerombolan PKI yang punya maksud jahat itu,  malah mundur dan melarikan diri dari pendopo. Kenapa? Karena para pemberontak, tiba-tiba melihat ada ratusan orang bersenjata lengkap  di sekitar Bupati. Padahal, sebelumnya Bupati diketahui hanya seorang diri di pendopo.
Cerita soal Bupati yang semula sendirian kemudian dijaga pasukan bersenjata lengkap itu,  disampaikan seorang anggota PKI yang menyerahkan diri kepada tentara. Cerita itu kemudian menyebar dari mulut ke mulut.
Berdasarkan catatan, Rd. RTA Sastrawinata, saat memerintah pernah mendapatkan penghargaan  Bintang Willems Orde, dari pemerintah kolonial Belanda. Penghargaan itu diberikan karena Sastrawinata dinilai berhasil meredam pemberontakan PKI  yang dipimpin Alimin dan Muso. Tokoh-tokoh PKI tersebut,  memang pernah datang ke Ciamis pada tahun 1926.
Bukti lain soal kedekatan onom dan para bupat Ciamis, menurut cerita sejumlah orang tua di Ciamis, beberapa bupati penerus Kanjeng Prabu  sebelum tahun 1970an, sebelum menggelar acara yang berkaitan dengan Pemerintahan Galuh atau Ciamis selalu mengadakan upacara ritual pemanggilan bangsa onom. 
“Bila dipanggil dengan ritul ritual khusus, raja onom  selalu datang. Kedatangannya biasanya ditandai dengan kehadiran seekor kuda tak berpenumpang, tetapi tubuhnya terlihat bermandikan keringat dengan napas terengah-engah,” tutur Ki Jumana, seorang sepuh di Ciamis.
Hingga dekade 1980-an ritual pemanggilan onom oleh otoritas di Kabupaten Galuh atau Ciamis tetap dilaksanakan. Hal itu sesuai dengan keterangan sejumlah orang tua  yang pada dekade 1980-an mengaku masih melihat kuda tanpa penunggang saat diadakan karnaval HUT Kab Galuh atau Ciamis, atau ketika diadakan pesta HUT RI.
“Saat itu, masih  dilihat ada kuda yang tidak berpenumpang ikut acaranya. Harusnya kuda itu tidak kelelahan. Tetapi bila dilihat, kuda itu kelelahan sekali, terengah-engah seakan membawa beban berat. Kami yakin, kuda itu sebenarnya ditunggangi bangsa Onom,” ujar Ki Ojat (75), warga Ciamis, suatu ketika kepada penulis. (bersambung)***

Post a Comment

0 Comments