TEKA-TEKI GUNUNG KUNCI DI SUMEDANG (2)


Mang Ape dalam kunjungan ke Gunung Kunci untuk yang ke sekian kalinya, kebetulan bertemu dengan petugas dari Dinas Kehutanan, Didin. Dan setelah ngobrol ke sana-kemari dengan dia, rasa penasaran itu semakin menggelegak saja. Kata “koentji” semakin menjadi teka-teki.
“Ya, saya rasa kata ‘koentji’ itu bermakna. Saya rasa kata itu menjadi petunjuk bahwa semua hal terkait Sumedang  bisa dibuka di sini, di gunung ini. Mungkin ini semacam sandi atau petunjuk,” kata Didin.
Yang baru dirasakan oleh Didin semenjak bertugas di objek wisata itu, ke gunung kunci ternyata banyak orang ziarah.  Mereka bukan hanya dari Sumedang, tetapi juga dari berbagai wilayah di Indonesia.
Yang ziarah, bukan ingin menikmati benteng bekas pertahan, tetapi berziarah ke dua makam tua di sekitar benteng, tepat di belakang panggung pertunjukan. “Menurut yang percaya, makom itu makomnya orang sakti di Sumedang. Makom itu ada, sebelum benteng dibangun,” tuturnya.
Hanya, soal apakah justru makom itulah kunci untuk membuka berbagai hal terkait Sumedang, kasumedangan, kekayaan atau hal lainnya, Dindin tidak mengetahuinya. “Saya tidak paham,” katanya ketika mengantar MA ke makom tua tersebut.

Ada lorong ke Gedung Negara?
Dalam penelusuran sebelumnya, MA memperoleh keterangan dari warga Panjunan yang perlu diuji kebenarannya. Warga itu menyebutkan bahwa di bawah Gunung Kunci itu ada lorong mengarah ke Gedung Negara atau bekas pendopo Bupati Sumedang.  Tetapi lorong itu di bagian depannya di Gunung Kunci, sudah tertutup bongkahan tanah, entah disengaja entah tidak.
Ketika hal itu ditanyakan kepada Didin, dia menggelengkan kepala. Dia mengaku tidak mengetahuinya. “Saya hanya pernah mendengar lorong itu ada di bawah Tugu Lingga, mengarah ke Gedung Negara,” tuturnya. Tapi itu pun dia tidak mengetahui kebenarannya.
Menurut sumber MA, melalui lorong itu, Belanda bisa berbuat sesuatu yang sifatnya rahasia jika terjadi huru-hara yang diakibatkan oleh gerakan perjuangan warga Sumedang untuk menentang Belanda.  Belanda, bisa tiba-tiba berada di pusat kota, tanpa diketahui pejuang Sumedang.


Betulkah? Sekali lagi itu perlu diuji kebenarannya. Semuanya masih teka-teki seperti halnya arti kata “koentji” di bekas benteng pertahanan tersebut.  (bersambung)***

Post a Comment

0 Comments