Friday, November 15, 2013

“Borangan” dan H. Taufik, Asyik Juga untuk Ditonton, Lho!




BEBERAPA  kali menonton acara Borangan (Bobodoran Sorangan) dari salahsatu stasiun televisi swasta di Bandung, ternyata asyik juga. Jangan heran, jika kalau ada waktu untuk menonton, MA (Mang Ape) menyempatkan diri untuk menontonnya.
Terus terang, MA memang jarang sampai terpingkal-pingkal menyaksikan peserta Borangan. Akan tetapi, Borangan sepertinya tetap punya daya tarik. Daya tariknya, di antaranya karena faktor kelangkaan acara serupa di televisi di Jawa Barat, juga karena MA rindu menonton pelawak asal Sunda yang ngabodor dengan bahasa Sunda dengan gaya khas orang Sunda juga –kampungan, bloon, tetapi cerdas!
Daya tarik lain, karena di Borangan muncul juga Gubernur Bodor Jawa Barat H. Taufik Faturohman yang kerap ngabodor juga, karena bertindak sebagai “host” acara Borangan. MA, terus terang menyukai bobodoran H. Opik, baik yang diutarakan secara lisan maupun tulisan.
Nah bila yang ngabodornya Sang Gubernur Bodor, sesedarhana apapun materi lawakannya, termasuk bila materinya “daur ulang”, MA selalu terpingkal-pingkal, bahkan sampai kaluar cimata segala. Pasalnya, orang gendut yang satu ini piawai dalam urusan membuat orang seuri, atau seuseurian sorangan.
Untunglah H Opik batal jadi kepala daerah. Kalau kabiruyungan jadi kepala daerah, MA barangkali tidak akan menyaksikan dan membaca bobodorannya lagi. Soalnya, masak bupati ngabodor? Heuheuheu…
Kembali ke persoalan, Borangan, adalah adalah salah satu genre profesi melawak yang pelawaknya membawakan lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik.
Kalau MA tidak salah, televisi di Indonesia yang mengenalkan genre ini pertama kali adalah MetroTV melalui acara stand up comedy. Setelah Metro, kemudian Kompas TV. Dua televise swasta nasional ini, kemudian berlomba-lomba menyajikan acara stand up comedy terbaik, malah sampai menyelenggarakan lomba segala.
Belakangan, televise local swasta di Bandung juga menayangkan acara serupa dengan nama Borangan. Borangan di sini bukan menunjukkan sifat orang penakut, tetapi singkatan dari “Bobodoran Sorangan”, melawak seorang diri.
Asyik dan menarik, begitulah penilaian MA atas tayangan tersebut. Dasarnya, ya seperti yang diutarakan di awal tulisan.
Program ini juga memiliki peluang dikembangkan lebih jauh. Misalnya, pesertanya bukan hanya dari kalangan pelawak saja. Barangkali, menarik juga jika diundang pejabat daerah seperti Bupati, Walikota dan unsur muspidanya, atau bahkan juga Gubernur, untuk turut ngabodor sosorangan.
Mereka diminta ngabodor soal apa saja… Siapa tahu dengan cara itu, daerah atau institusi yang dipimpinnya menjadi segar, tidak tegang, dan jauh dari korupsi! Tiasa Kang Opik sareng Kang Ilmi Hatta?***


No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more