Monday, September 26, 2016

Ketika Raden Jamu Belum Sawawa

Ketika Raden Jamu atau Adipati Surianagara III  belum sawawa atau belum cukup umur jadi Bupati Sumedang, suksesi di Sumedang tidak berjalan mulus.  Saat itu banyak intrik yang muncul, dan Sumedang pun kemudian harus dipimpin Bupati yang bukan  “darah biru”  yakni keturunan langsung dari  Bupati Sumedang bernama Raden Surianagara yang memimpin Sumedang dari 1761 hingga 1765.

Berdasar catatan yang ada, sepeninggal  Raden Surianagara II atau Bupati Sumedang ke 11,  walaupun Raden Jamu masih kecil, Sumedang tidak menghadapi “masalah”. Pasalnya, saat tu masih ada adik  kandung Raden Surianagara bernama Raden Surialaga yang kemudian menggantikan posisi kakaknya, menjadi Bupati Sumedang ke 12 dari tahun 1765 hingga 1773.
Yang jadi masalah adalah, setelah Bupati ke 12 atau disebut Dalem Panungtung dari keturunan Pangeran Santri meninggal dunia. Siapa yang mengganti? Saat itu, Raden Jamu masih berumur 11 tahun. Di pihak lain, putra Raden Surialaga pun, yang sulung, yakni Raden Ema masih berusia 9 tahun sehingga tidak bisa menggantikan sang ayah.
Berdasar catatatan sejarah, sambil menunggu keturunan Pangeran Santri sawawa, Sumedang selama tiga periode dipimpin oleh Bupati yang dinamakan Bupati Panyelang dari Parakanmuncang selama tiga periode,  dan  diangkat VOC.  Mula-mula, yang diangkat jadi Bupati Panyelang tersebut adalah Adipati Tanubaya, kemudian menantunya, Tumenggung Patrakusuma yang semula menjadi Bupati Parakanmuncang.
Saat akan menentukan Tumenggung Patrasukuma menjadi Bupati Sumedang, konon banyak intrik yang terjadi. Inohong Sumedang  banyak yang menolak pencalonan tersebut. Namun karena 4 umbul di Sumedang tiba-tiba mendukung Bupati Parakanmuncang tersebut jadi Bupati Sumedang, kepemimpinan Sumedang akhirnya jatuh juga kepada menantu Adipati Tanubaya.
VOC sendiri konon tidak mengakui kepemimpinan yang bersangkutan. Jangan heran jika kemudian ada gerakan untuk menjatuhkan yang bersangkutan dengan berbagai cara sehingga Tumenggung Patrakusumah “terpeleset” lalu diberhentikan VOC dengan alasan melakukan pelanggaran. Tumenggung Patrakusumah selanjutnya diasingkan ke Batavia.
Yang menggantikan Tumenggung Patrakusumah adalah Patih Sumedang Raden Satjapati. Namun seperti pada era Bupati Panyelang Kedua, di Sumedang terjadi gejolak  lagi yang berbuntut pada pemberhentian Raden Satjapati oleh VOC. Karena dianggap tidak cakap, Raden Satjapati yang sempat bergelar Adipati, turun tahta lagi jadi patih, hingga Sumedang kembali mengalami kekosongan pemimpin.
Bersamaan dengan itu, sang penerus tahta bernama Raden Jamu yang diam-diam ngalalana ke berbagai daerah semakin matang saja. Setelah menjalani berbagai tantangan dan keprihatinan, teureuh Sumedang ini berhasil menjadi Wadana Cikalong di Cianjur.
Mengetahui  putra mahkota sudah sawawa, Raden Satjapati usul kepada VOC agar Raden Jamu dibawa pulang ke Sumedang dan dibenum jadi Bupati Sumedang. VOC pun setuju. Raden Jamu kemudian dibawa ke Sumedang dan diangkat sebagai Bupati Sumedang ke 15 dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX. Pengangkatan Raden jamu ini dianggap sebagai kembalinya tampuk jabatan bupati kepada keturunan langsung Pangeran Santri yang dalam beberapa periode sempat terputus.
Sumedang Kini
Yang menarik, jika dicermati,  kondisi Sumedang saat itu, sedikit ada kemiripan dengan kondisi Sumedang kini, pasca kepemimpinan Don Murdono yang memimpin Sumedang selama dua periode. Setelah masa jabatan Don Murdono habis, selama satu periode yakni dari tahun 2013 hingga 2018, Sumedang  sudah mengalami tiga kali pergantian Bupati, tak beda dengan ketika Sumedang dipimpin oleh 3 Bupati Panyelang.
Seperti diketahui bersama, dalam periode tersebut, yang menjadi Bupati adalah H. Endang Sukandar. Namun karena yang bersangkutan meninggal dunia, posisinya kemudian diganti wakilnya, Ade Irawan.
Dalam perkembangannya, karena ada intrik,  Ade Irawan harus tersingkir dari tampuk kepemimpinan di Sumedang. Hal itu terjadi setelah Ade menentukan wakilnya, Eka Setiawan.  Di kemudian hari, setelah Ade berurusan dengan hukum ( ini mirip nasib Tumenggung Patrakusumah yang diasingkan ke Batavia oleh VOC)  sang wakil, Eka Setiawan naik tahta menjadi Bupati Sumedang.  Eka sebelumnya mantan pejabat di Pemkab Sumedang, dan ini mungkin mirip Patih Sumedang Raden Satjapati yang kemudian naik tahta jadi Bupati Sumedang.
Apakah Eka Setiawan akan bernasib sama seperti Raden Satjapati, diberhentikan lagi? Tentu penulis tidak berharap hal itu terjadi.  
Yang diharapkan penulis terkait Sumedang, setelah periode 2013-2018 ini, Sumedang tidak terus menerus digoyang persoalan suksesi yang melelahkan yang berakibat terganggunya pemerintahan.  Selain itu, penulis berharap, pada periode 2018-2023 nanti, muncul pupuhu Sumedang yang betul-betul matang layaknya Raden Jamu, yang memimpin dengan hati wening, bersih tanpa pamrih, dan saestuna keur karaharjaan rahayat.

Pemimpin nanti, bisa saja keturunan menak Sumedang dari Pangeran Santri. Tapi bisa saja dari cacah atau rakyat biasa tetapi memiliki pemahaman yang jero soal Sumedang dan tentu saja harus berhati seperti Raden Jamu. Cag!

No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more