Sunday, May 17, 2020

Desa, mau tak mau harus siap menuju Indonesia 4.0


Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), sejauh ini, sudah berfikir jauh untuk memajukan desa di Tanah Air.

Kemendesa misalnya sejak pengujung 2019 menggaungkan apa yang disebut Akademi Desa dengan tujuan utama menciptakan SDM berkualitas agar siap menuju Indonesia 4.0.

Sejauh diketahui penulis, aparat desa di desa tertentu mulai banyak yang tertarik masuk akademi. Perlahan tapi pasti mereka mulai menerapkan ilmu yang diperoleh di akademi, di desanya masing-masing.

Hal itu setidaknya ketahui dari berita-berita dan catatan di laman resmi Kemendesa PDTT.

Akan tetapi, sayangnya, soal keberadaan dan manfaat akademi sebagai sarana menciptakan SDM desa handal dan unggul yang siap "ngigelan" jaman, sepertinya masih belum jadi perhatian utama perangkat desa.

Bahkan, boleh jadi, perangkat desa masih banyak yang belum tahu soal Akademi di maksud; termasuk memahami apa yang disebut era revolusi industri 4.0.

Kebanyakan, diketahui, masih bekerja dengan cara lama atau tradisional.

Komputer, netbook dan handphone canggih sebenarnya mereka punya. Namun sayangnya, semua perangkat tersebut, tidak digunakan untuk mendukung kerja mereka dengan baik.

Tetapi mereka juga tidak bisa disalahkan begitu saja. Mereka wajar masih seperti itu.

Alasannya, kepala desanya pun banyak yang belum faham dengan era industri 4.0, dan soal pentingnya desa menyiapkan SDM yang "wedel", siap masuk ke Indonesia 4.0.
                           
Digitalisasi

Kini, setelah dunia mendapat serangan Covid-19 yang berhasil membunuh banyak orang, desa siap masuk ke era industri 4.0, sepertinya sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jika tidak, desa akan tertinggal jauh.

Komputerisasi atau digitalisasi di berbagai bidang harus segera dilakukan.

Kepala desa harus memperhatikan hal itu, kemudian menyiapkan insfrastrukturnya dengan meminta arahan institusi di atasnya, kecamatan atau dinas terkait di Pemda.

Kepala desa pun harus mulai berusaha meningkatkan SDM yang ada melalui pelatihan-pelatihan termasuk diikutsertakan di Akademi Desa.

Tujuan utamanya, perangkat desa yang ada, meningkat kemampuannya, dan siap bekerja maksimal dengan komputer yang selalu online dan terhubung.

SID (Sistem Informasi Desa) yang terhubung satu sama lain dan transparan harus disiapkan dan diterapkan. Pemda dalam hal ini, harus turut menyiapkan infrastrukturnya, untuk mendukung desa.

Desa harus punya website desa juga, sebagai sarana informasi terkait desa termasuk program, aktifitas, atau proyek desa yang dibiayai negara berikut anggarannya.

Kepala desa dan perangkatnya juga dituntut kreatif dalam upaya mengembangkan Bumdes dan UMKM yang ada.

Cari celah

Usaha yang dikelola Bumdes jangan hanya bertumpu pada usaha sewa kios atau lahan milik desa semata. Desa harus mencari celah lain yang bisa mendatangkan penghasilan di era 4.0 sekarang.

Desa harus membantu menghidupkan UMKM yang ada, dengan memanfaatkan website. Bantulah UMKM, misalnya dengan memasukkan UMKM dan produknya di website agar diketahui dunia.

Bumdes juga bisa mendapatkan keuntungan dari UMKM, bila Bumdes bertindak sebagai penjual produknya.

Penulis percaya, jika setelah Covid-19 menyerang desa tidak berubah, desa akan tertinggal jauh. Desa mandiri, sulit terjangkau.

Selama ini, desa tradisional yang jauh dari komputerisasi atau baru "setengah komputerisasi" dianggap normal-normal saja. Namun di era pandemi Covid-19 dan sesudahnya, desa yang jauh dari digitalisasi, sudah masuk abnormal, karena dunia, kini, sudah masuk ke era yang disebut "the new normal". ***

No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more