Menonton Kumang Menuju Langit

Menonton kumang apa indahnya? Tapi terkadang hal itu kerap kita lakukan di kala senggang, seperti dilakukan beberapa teman di Pangandaran, Ciamis, belum lama ini.
"Menonton kumang, menyenangkan, lho," ujar Yanto, pemuda yang kepergok sedang "nagog" di tepi pantai, menyaksikan kumang yang dijual seorang pedagang.
Penasaran. Penulis juga turut menyaksikan kumang "balap" dalam sepotong dahan yang disimpan berdiri.
Ada sekira 10 kumang berukuran besar yang disimpan dalam dahan kering yang kulitnya sudah dikupas itu. Mereka mencoba naik ke "puncak", dengan gerakan pelan.
Tak ada yang saling sikut atau tendang agar yang lain jatuh ke baskom di bawahnya. Mereka bergerak santun.
Memang ada yang jatuh. Akan tetapi, hal itu bukan karena sikutan atau tendangan kumang lain. Sang kumang jatuh karena pegangannya di dahan kering itu tidak kuat.
Kenyataan itu jauh berbeda dengan kehidupan manusia. Mereka senantiasa saling sikut untuk sebuah posisi, kedudukan atau kenyamanan Mereka tertawa senang ketika melihat orang yang disikut terjatuh, terperosok.***

Post a Comment

0 Comments