Kota Banjar itu
memang kecil. Jangan heran jika ada yang berseloroh, di Banjar mah mun aya nu hitut sanajan nyumput, pasti
bakal katohian saha-sahana.
Barangkali bisa juga diterjemahkan dengan kalimat, siapa
berbuat zalim awal akhir akan diketahui dan mendapat balasanNya; siapa
melakukan kejahatan “kerah putih”, orang bisa dengan mudah menebaknya.
Bagaimana saya menyimpulkan Banjar itu kecil?
Semuanya berawal dari kebiasaan saya jalan-jalan bersama
istri tiap Saptu dan Minggu ke lokasi-lokasi tertentu. Salahsatu lokasi yang
beberapa kali saya kunjungi sekalian berolahraga, adalah Pasir Jengkol di Desa
Pataruman Kec. Pataruman.
Di pasir yang sekarang jadi tempat berdirinya Lapas termegah
dan terluas di Priangan Timur itu, saya bisa melihat dengan jelas hamparan gedung atau bangunan di pusat Kota Banjar.
Yang bisa dilihat itu, antara lain menara dan bangunan
masjid Agung, pendopo, dua gedung pertokoan, stasiun kereta, sejumlah bangunan
lainnya, dan kompleks perkantoran Purwaharja.
Sedikit menggeser arah pandangan, bisa juga dilihat dengan
jelas Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy dengan pepohonan rimbun yang menutupi
lapang golfnya, Setda Kota Banjar dengan bangunannya yang megah, serta tentu
saja Mapolresta Banjar.
Detil-detil lain pusat Kota Banjar itu juga bisa dilihat
dengan jelas. Makin terlihat jelas semuanya, tentu apabila kita membawa
teropong. Dengan teropong, siapa sedang apa di pusat Kota Banjar –sepanjang
penglihatan tidak terhalang, akan terlihat.
Begitulah. Kenyataan itu membuat saya melahirkan kesimpulan
bahwa pusat Kota Banjar memang kecil. Kota Banjar hanyalah sebuah blok alit di
sebuah kota besar.
Akan tetapi, kemudian ada yang mengganggu fikiran saya.
Kenapa menginjak usianya yang ke -9, lembur Banjar acan ma’mur tur
rahayatna acan raharja? Atau sebenarnya sudah, tetapi saya salah menilai , Mas
Bro?***
0 Comments