BANYAK yang bilang, bahwa Kota Banjar merupakan kota baru
yang berhasil. Akan tetapi, bila dicermati, Kota Banjar yang hampir sepuluh
tahun dinahkodai dr. Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati (wakil yang dibiarkan
tidak berperan aktif), sebenarnya tidak seperti dugaan orang (luar). Kota
Banjar, sejatinya belum maju dan berubah dahsyat sebagaimana harapan seluruh
warga Banjar.
Coba saja telusuri sejumlah wilayah di kota yang hanya
terdiri dari empat kecamatan itu. Di sana, kita masih akan menemui warga tak
berdaya, yang hidup di bawah kemiskinan yang sehari-harinya susah mencari penghidupan.
Tidak percaya? Soba saja temui mereka.
Menemui warga seperti itu tidak perlu susah pergi ke pelosok
desa atau kampung. Cukup masuk ke gang yang ada di wilayah kota, kita
dipastikan akan menemukan mereka, yang
tinggal di rumah kecil dengan bangunan kumuh. Lalu ketuk rumah mereka, pasti
akan muncul wajah-wajah lelah dan memelas.
Kepada Mang Ape, mereka sebenarnya berharap, ketika Banjar
terpisah dari Ciamis, kehidupan mereka berubah. Mereka aka mendapat perhatian dari pemerintah dengan
hadirnya “kail” untuk menangkap ikan.
Nyatanya, kail itu
tidak pernah mereka dapatkan. Akhirnya kehidupan mereka tidak berubah. Sampai
sekarang.
Itu salahsatu contoh.
Contoh lain Banjar belum seperti diharapkan, Kota Banjar
belum berhasil menciptakan lapangan kerja bagi
generasi muda yang baru lulus sekolah.
Buktinya, di Kota Banjar, sampai sekarang hanya ada satu
pabrik (PT Alba), dan beberapa pabrik baru yang dengan skala kecil yang tentu
saja hanya bisa menampung pekerja terbatas. Khusus PT Alba, perusahaan itu
bahkan hadir jauh sebelum Banjar menjadi kota.
Jangan heran, jika lulusan sekolah di Banjar, kalau tidak
kuliah, dipastikan mencari kerja di pabrik-pabrik yang ada di Bandung, Bogor,
bahkan Jakarta. Ya, karena di Banjar tidak ada lapangan kerja untuk mereka.
Akan tetapi, memang perlu diakui bahwa di Banjar sekarang
hadir infrastruktur yang agak lain dari
kabupaten/kota lainnya seperti
waterpark, flyover dan beberapa yang lainnya.
Hanya, perlukah insfrastruktur tersebut dibanggakan?
Pasalnya, beberapa sarana dan prasarana tersebut dibangun dari APBD Kota, bukan
dari hasil kreatifitas pengelola pemerintahannya. Kabupaten/kota lain pun, saya
kira bisa melakukannya bila dananya dari APBD, kalau mereka mau melakukannya.
Kita akan salut dan bangga, jika semua itu dibangun dengan
dana bukan dari APBD, tetapi hasil kreatifitas pengelolanya yang mampu menarik
dan menggandeng investor.***
0 Comments