Sebelum Dibuang ke Sumedang, Cut Nyak Dhien ke Malaysia?

ORANG lain barangkali sudah mendengar  bahwa Cut Nyak Dhien, Pahlawan Nasional asal Aceh itu, sebelum dibuang ke Sumedang dibawa dulu oleh Belanda ke Malaysia. Namun saya baru pertama kali mendengar soal itu. Jadi saya terperangah.
Pada hari pertama puasa kemarin, saya sengaja jalan-jalan ke beberapa objek wisata di Sumedang. Salahsatu tujuan saya adalah Makam Pahlawan Nasional Cut Nyak Dhien di Komplek Makam Keluarga Pangeran  Sumedang Gunung Puyuh ( di sini ada juga makam Kang Ibing).

Di luar dugaan, selain saya, ternyata banyak peziarah juga ke makam pahlawan yang pernah dibuat film dengan bintang Christin Hakim itu.  Mereka seperti Kang Dudi, pejabat PLN Jawa Barat yang sedang mengerjakan projek instalasi di Bendung Jatigede Sumedang,  bukan hanya datang dari Sumedang, tetapi juga dari Bandung dan Bogor.
Seperti saya, mereka ngobrol tentang Sang Pahlawan dengan juru kunci makam, Pa Nana S (65). Nah dalam obrolan itulah terungkap dari juru kunci bahwa Cut Nyak Dhien sebelum dibuang ke Sumedang dibawa dulu oleh Belanda ke Malaysia. Jadi, dari Aceh, tidak langsung dibawa ka Kab. Sumedang, melainkan ke Malaysia dulu.
“Saya tahu itu karena beberapa tahun lalu ada beberapa orang Malaysia ziarah ke sini dan mengatakan bahwa Cut Nyak Dhien pernah singgah di Malaysia untuk beberapa lama,” tutur Pak Nana. Tetapi dia mengaku lupa mencatat nama tempat di Malaysia yang pernah disinggahi sang pahlawan.
Menurut Pak Nana, ada dua kemungkinan tentang itu. Pertama, tadinya Belanda akan membuang sang pahlawan ke Malaysia, agar tidak kuat pengaruhnya di Aceh. Kedua, hanya sekedar singgah karena tidak ada kapal laut yang langsung menuju ke Tanah Jawa. Kapal yang ada dan digunakan Belanda, mungkin harus singgah dulu ke Malaysia sebelum ke Pulau Jawa.
Namun, lepas dari soal itu, begitu tiba di Sumedang, sang pahlawan ditempatkan di Sumedang tak jauh dari markas pertahanan Belanda di Gunung Kunci Sumedang. “Dia tidak disimpan di sel tahanan di Gunung Kunci, melainkan dititipkan di rumah warga dekat alun-alun Sumedang. Sampai sekarang, rumahnya masih ada, tidak dirubah sedikit pun karena jadi cagar budaya,” kata Nana.
Di Sumedang, kata Nana, sang pahlawan kemudian menjadi guru ngaji Al Quran dengan murid penduduk setempat.  Semula orang Sumedang tak tahu bahwa wanita tua itu pahlawan yang besar pengaruhnya di Aceh. Namun setelah tersiar berita soal pembuangan sang pahlawan, warga Sumedang mulai tahu soal Cut Nyak Dhien. Keluarga kerajaan Sumedang pun mengetahuinya dan dekat dengannya, sehingga ketika dia wafat, diberi lahan untuk pemakamannya di lingkungan Kompleks Makam Gunung Puyuh, Sumedang.

Apakah benar sang pahlawan pernah ke Malaysia sebelum ke Sumedang? Saya yang baru tahu soal itu, sekali lagi terperangah. ****

Post a Comment

0 Comments