Dalam tulisan sebelumnya, ditanyatakan, adakah “sesuatu” yang membuat mengapung di
angkasa luar? Berikut adalah lanjutannya.
Jika ilmuwan – misalnya Dr Tony Philips menggambarkan dimensi
Ruang dan Waktu sebagai bentangan lembaran karet, maka ilmuwan lainnya
menggambarkannya seperti selimut yang diikat di atas.
Sementara Al-Qur'an justru memberi ilustrasi dimensi Ruang
dan Waktu dengan sesuatu seperti kolam air dimana di atasnya ada benda yang
terapung atau berenang (yasbahuun).
Al-Qur'an juga menggambarkan bahwa Obyek Langit seperti
Matahari, bukan saja terapung dan berenang, tetapi juga digambarkan dengan
istilah “berlari kencang” dalam FALAK-nya (garis edarnya). Tujuannya adalah untuk
memberi ilustrasi seberapa kencang kecepatan Matahari di Jagad Raya.
Contohnya, bisa dilihat pada penggalan ayat berikut ini.
وَٱلشَّمْسُ
تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا
“And the Sun runs his course into a resting place”. ( QS.
Yaasiin 36:38 )
Kata “tajri” pada ayat di atas, artinya adalah “berlari
kencang”.
Awalnya, kata “tajri” digunakan untuk perjalanan cepat, atau
perpindahan benda dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, juga berarti
menunjukkan perjalanan yang sangat jauh.
( Quraish Shihab, dalam Tafsir al-Mishbah ).
Kata “tajri” dalam bahasa Indonesia yang seharusnya
diterjemahkan “berlari kencang” kemudian dirubah menjadi “berjalan” atau
"beredar", sehingga maknanya menjadi hilang sebagian.
Di abad ke-21 ini, barulah kemudian kita tahu bahwa ternyata
MATAHARI bergerak menuju Lambda Herculis dengan kecepatan 72.000 km per jam
atau 20 Km/detik.
Dengan demikian, maka akhirnya kita menjadi paham bahwa:
(1) Matahari, Bumi, Bulan dan obyek langit lainnya
digambarkan "berenang" atau "terapung" dalam dimensi Ruang
dan Waktu;
(2) Khusus Matahari, digambarkan dengan "berlari
kencang" di dalam FALAK-nya (garis edarnya) menuju lokasi Rasi Bintang
Hercules yang disebut sebagai “Lambda Herculis”.
Kata falak
Berikutnya, terkait kata FALAK. Dalam kaitannya dengan
astronomi, kata FALAK yang diterjemahkan sebagai "garis edar" hanya
disebut dalam dua ayat di dalam Al-Qur'an.
وَهُوَ
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ
وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِى
فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, dan
juga MATAHARI dan BULAN. Masing-masing berenang (yasbahuun) pada
FALAK-nya." ( QS. Al-Anbiyaa 21:33 )
لَا ٱلشَّمْسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدْرِكَ
ٱلْقَمَرَ وَلَا ٱلَّيْلُ سَابِقُ
ٱلنَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِى
فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
"Tidaklah mungkin bagi MATAHARI mengejar BULAN dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing berenang (yasbahuun)
pada FALAK-nya." ( QS. Yaasin 36:40 )
Dalam Kitabnya yang berjudul "Ajaibul Makhluqat wa
Gharaibul Maujud", Syaikh Zakaria Al-Qazwini menyebutkan bahwa alam
semesta terdiri dari FALAK-FALAK yang berbentuk bulat dimana sebagiannya
meliputi sebagian yang lainnya. FALAK yang bergerak dan berjalan, disebut
sebagai KAWKAB (planet), dan FALAK yang tidak bergerak dan diam di tempat
disebut sebagai NAJM (bintang/rasi bintang), sedangkan FALAKUL AFLAK (FALAKNYA
FALAK) disebut sebagai ATLAS (gugus bintang)."
Sementara Imam Al-Qurtubi ra menambahkan dua istilah
lainnya, yakni FALAK al-BURUJ dan FALAK al-A'ZHAM. ( Kitab Al-Jami' li Ahkamil
Qur'an, Juz 11, hal. 286 )
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa alam semesta
terdiri dari FALAK-FALAK yang terdiri atas:
(1) FALAK SAYYĀRAH, yakni FALAK yg bergerak dan berjalan,
disebut sebagai KAWKAB (planet).
(2) FALAK TSAWABIT, yakni FALAK yg tidak bergerak dan diam
di tempat, dan masih terbagi lagi menjadi NAJM (bintang/zodiak) dan FALAKUL
AFLAK (rasi bintang).
(3) FALAK al-A'ZHAM, yakni FALAK yang paling besar, disebut
sebagai FALAK Al-BURUJ (gugus bintang). (bersambung)
0 Comments