Dying Light: The Beast mencetak sejarah dengan penjualan lebih dari 1,5 juta kopi dalam seminggu, dominasi Steam, dan pujian kritis. Simak analisis lengkap tentang kejutan besar dunia gaming 2025!
Dalam gebrakan yang mengejutkan industri game, Dying Light: The Beast telah membuktikan dirinya sebagai fenomena global hanya dalam waktu satu minggu setelah rilis.
Menurut data terbaru dari Alinea Analytics, game ini berhasil menjual lebih dari 1,5 juta kopi di seluruh platform, dengan kontribusi utama berasal dari Steam—di mana jumlahnya melebihi 1 juta unit terkirim.
Angka ini bukan hanya melampaui ekspektasi, tetapi juga menandai salah satu peluncuran terkuat untuk genre horor aksi dalam lima tahun terakhir.
Yang lebih mencengangkan, pencapaian ini datang meskipun sebagian besar pembeli Ultimate Edition Dying Light 2 mendapatkan akses gratis ke The Beast, artinya penjualan aktual berasal dari pemain baru dan penggemar berat yang rela membayar ekstra.
Keberhasilan penjualan Dying Light: The Beast tidak lepas dari loyalitas komunitas yang kuat. Data dari Steam mengungkap bahwa 82% pemain aktif di The Beast pernah memainkan Dying Light pertama, sementara 77% lainnya memiliki riwayat bermain Dying Light 2: Stay Human.
Ini menunjukkan bahwa Techland berhasil mempertahankan basis penggemar inti mereka, sekaligus menarik kembali para mantan pemain yang sempat vakum.
Dengan nuansa yang lebih gelap, atmosfer survival horror yang intens, serta gameplay yang lebih "membekap", The Beast secara sadar kembali ke akar seri ini—menawarkan pengalaman yang lebih mengerikan dibanding sekuelnya, namun tetap mempertahankan elemen parkour dan co-op yang menjadi ciri khas franchise.
Dari segi konten, Dying Light: The Beast menawarkan lebih dari 20 jam cerita utama, ditambah 20–30 jam misi sampingan, treasure hunt, dan telur Paskah yang tersebar di wilayah baru bernama Castor Woods.
Area hutan yang luas dan tertutup kabut ini memberi nuansa seperti game Lovecraftian, dengan ancaman tak terlihat yang mengintai di balik pepohonan.
Pemain dipaksa untuk lebih waspada, dengan AI zombie yang lebih agresif dan sistem pendengaran yang diperhalus.
Fitur co-op juga mendapat pujian tinggi karena integrasi yang mulus antara mode solo dan multiplayer, membuat pengalaman horor bisa dinikmati bersama teman tanpa mengorbankan ketegangan.
Secara kritik, sukses besar Dying Light: The Beast didukung oleh ulasan positif di seluruh platform. Di Metacritic, versi PC meraih skor rata-rata 84/100, dengan pujian khusus untuk atmosfer, desain level, dan progresi naratif yang menegangkan.
Sementara itu, di Steam, game ini memiliki rating "Sangat Positif" dari 26.597 ulasan, dengan 87,12% ulasan bernada positif.
Performa server juga stabil, dengan puncak pemain bersamaan mencapai 121.222 pada 21 September, dan rata-rata harian masih bertahan di atas 80.000 pemain online simultan—angka yang sangat langka untuk game horor single-player berat.
Yang paling mengesankan adalah dominasi The Beast di tangga lagu Steam. Game ini merajai posisi #1 penjualan mingguan untuk periode yang berakhir 23 September 2025, mengungguli pesaing langsung seperti Borderlands 4 dari Gearbox, yang "hanya" menjual 300.000 kopi tambahan minggu itu (total 2 juta sejak rilis).
Bahkan Hollow Knight: Silksong, yang baru saja rilis dan menjadi salah satu game paling ditunggu, harus puas di posisi ketiga dengan 250.000 penjualan baru.
Fakta ini menunjukkan bahwa The Beast bukan sekadar nostalgia—ia adalah bukti bahwa game horor berkualitas tinggi masih punya tempat utama di hati gamer modern.
Dengan kombinasi sukses besar Dying Light: The Beast, loyalitas fanbase, dan eksekusi sempurna, Techland tidak hanya menyelamatkan waralaba—mereka membawanya ke level baru.
Bagi industri game, ini adalah pengingat kuat: kualitas, atmosfer, dan kedalaman pengalaman masih jadi raja. Dan untuk Anda yang belum main? Mungkin sudah saatnya cek Castor Woods… kalau berani.***

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 Comments