Saturday, June 30, 2012

Banjar Maju? Ah, Tapi Buktinya Manaa?

BANYAK yang bilang, bahwa Kota Banjar merupakan kota baru yang berhasil. Akan tetapi, bila dicermati, Kota Banjar yang hampir sepuluh tahun dinahkodai dr. Herman Sutrisno dan Akhmad Dimyati (wakil yang dibiarkan tidak berperan aktif), sebenarnya tidak seperti dugaan orang (luar). Kota Banjar, sejatinya belum maju dan berubah dahsyat sebagaimana harapan seluruh warga Banjar.
Coba saja telusuri sejumlah wilayah di kota yang hanya terdiri dari empat kecamatan itu. Di sana, kita masih akan menemui warga tak berdaya, yang hidup di bawah kemiskinan yang sehari-harinya  susah mencari penghidupan.
Tidak percaya? Soba saja temui mereka.
Menemui warga seperti itu tidak perlu susah pergi ke pelosok desa atau kampung. Cukup masuk ke gang yang ada di wilayah kota, kita dipastikan akan menemukan mereka,  yang tinggal di rumah kecil dengan bangunan kumuh. Lalu ketuk rumah mereka, pasti akan muncul wajah-wajah lelah dan memelas.
Kepada Mang Ape, mereka sebenarnya berharap, ketika Banjar terpisah dari Ciamis, kehidupan mereka berubah. Mereka aka  mendapat perhatian dari pemerintah dengan hadirnya “kail” untuk menangkap ikan.
 Nyatanya, kail itu tidak pernah mereka dapatkan. Akhirnya kehidupan mereka tidak berubah. Sampai sekarang.
Itu salahsatu contoh.
Contoh lain Banjar belum seperti diharapkan, Kota Banjar belum berhasil menciptakan lapangan kerja bagi  generasi muda yang baru lulus sekolah.
Buktinya, di Kota Banjar, sampai sekarang hanya ada satu pabrik (PT Alba), dan beberapa pabrik baru yang dengan skala kecil yang tentu saja hanya bisa menampung pekerja terbatas. Khusus PT Alba, perusahaan itu bahkan hadir jauh sebelum Banjar menjadi kota.
Jangan heran, jika lulusan sekolah di Banjar, kalau tidak kuliah, dipastikan mencari kerja di pabrik-pabrik yang ada di Bandung, Bogor, bahkan Jakarta. Ya, karena di Banjar tidak ada lapangan kerja untuk mereka.
Akan tetapi, memang perlu diakui bahwa di Banjar sekarang hadir infrastruktur  yang agak lain dari kabupaten/kota lainnya seperti  waterpark, flyover dan beberapa yang lainnya.
Hanya, perlukah insfrastruktur tersebut dibanggakan? Pasalnya, beberapa sarana dan prasarana tersebut dibangun dari APBD Kota, bukan dari hasil kreatifitas pengelola pemerintahannya. Kabupaten/kota lain pun, saya kira bisa melakukannya bila dananya dari APBD, kalau mereka mau melakukannya.
Kita akan salut dan bangga, jika semua itu dibangun dengan dana bukan dari APBD, tetapi hasil kreatifitas pengelolanya yang mampu menarik dan menggandeng investor.***






No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more