Wednesday, February 22, 2023

Nikmatnya Lobster Pantai Santolo, Tulisan Lama di Pikiran Rakyat 19 Juli 2011


SEORANG wisatawan mancanegara asal Kanada, geleng-geleng kepala di depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Santolo, Cilauteureun, Kec. Cikelet, Garut, beberapa waktu lalu. Raut mukanya tampak memperlihatkan kekecewaan yang mendalam, termasuk ketika ia mengabadikan sudut-sudut pantai lautan tersebut dengan handycam-nya.

“Sayang, sayang sekali ini pantai tidak diurus,” kata pria yang mengaku bernama Culning tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia “patah-patah”.

Dalam percakapannya, Kang Culning mengatakan, Pantai Santolo yang berada di kawasan selatan Garut itu seharusnya bisa menjadi objek wisata terkenal di Garut. Jika beruntung, keberadaannya bahkan bisa seperti Pantai Pangandaran di Kab. Ciamis. Potensi perikanannya bagus, pemandangan alamnya pun masih asri.

Di Santolo juga, katanya, ada restoran seafood yang bisa menjelma seperti Talanca, pusat restoran seafood di Pangandaran. Hanya sayangnya, katanya, pantai tersebut tidak diurus maksimal. “Yang perlu disesalkan, kok pantai ini seperti mau ‘dicaplok’ Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), ya? Apakah pemerintah mengetahui itu. Bagusnya, Lapan tidak seperti itu,” kata Kang Culning seraya meninggalkan “PR”. Betulkah?

Pantai Santolo adalah salah satu kekayaan Pemkab Garut di sektor pariwisata selain Cipanas di Tarogong, Candi Cangkuang, dan Situ Bagendit. Lokasinya berada sekitar 90 km dari Kota Garut, ke arah selatan. Yang menjadi “jualan” pantai ini tentu saja suasana pantai dengan debur ombak laut selatannya yang masih asri.

Di pantai ini, kita bisa menyaksikan aktivitas nelayan baik ketika akan berangkat melaut, maupun setelah menambatkan jangkar dengan membawa hasil tangkapan. Di pantai ini juga kita bisa bermain lumpur atau bercanda dengan air laut di bibir pantai, atau bahkan mencari kepiting dan “kumang”.

Bosan dengan aktivitas seperti itu, kita bisa lesehan di restoran di tepi pantai. Yang lebih nikmat lagi, kita dapat menikmati lobster dan cumi goreng, atau ikan laut bakar dengan sambara rica-rica atau apa saja sesuai selera. Rasanya pasti “mak nyos”.

Ya, pasalnya, makan seafood di restoran seafood di Bandung, misalnya, akan lain rasanya jika makan langsung di kawasan pantai dengan ditingkah debur ombak lautan. Akan lebih spesial lagi jika ada kekasih atau siapa saja di samping.

Pada bulan-bulan tertentu, seperti halnya di kawasan pantai lain di Jawa Barat, di Pantai Santolo juga sering diselenggarakan hajatan nelayan. Dalam hajatan itu, para nelayan dengan membawa sesajen membawa perahu ke laut lepas. Di laut lepas, sesajen “dipersembahkan” kepada yang ngageugeuh laut pantai selatan. Atraksi kesenian tradisional pun dipentaskan dalam hajatan nelayan tersebut.

Sayangnya, seperti dikatakan Culning, Pantai Santolo belum dikemas menjadi objek wisata yang menjual. Dan kondisi ini tentu jadi tantangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Garut. Hal itu dapat tergambar dari sempitnya lahan pantai untuk bermain para pengunjung. Padahal, areal pantai di Santolo sungguh luas.

Sambutan pengelola wisata bagi wisatawan pun, nyaris tidak ada ketika berada di Santolo, kecuali “sambutan” petugas tiket di pintu masuk Santolo. Sisi lainnya, Pemkab Garut pun sepertinya tidak bergairah mempromosikan Santolo secara gencar.

Akibatnya, walaupun Santolo punya potensi, sampai saat ini pengunjung Santolo belum begitu banyak. Menurut catatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut, pada tahun 2006 saja, Santolo hanya didatangi oleh sebanyak 24 wisatawan mancanegara, dan sebanyak 25.606 wisatawan domestik. Sebuah angka yang dianggap sangat rendah, tentu.

SEBENARNYA, bisa dipahami jika Pemkab Garut belum mengelola Santolo secara maksimal termasuk memaksimalkan promosi wisatanya. Penyebabnya karena Santolo sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang bisa dikatakan sudah “jenuh”. “Santolo, untuk sementara tidak bisa dikembangkan sesuai harapan,” kata Kepala Bappeda Garut Drs. H. Iman Alirahman, M.Si., dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut, Drs. H. Wawan Darmawan.

Apa pasal? Ya, karena kawasan pantai di Santolo, sampai sekarang masih dikuasai Lapan milik pemerintah. Akibatnya, Pemkab Garut tidak bisa leluasa menata kawasan pantai tersebut, terlebih mendirikan bangunan-bangunan penunjang pariwisata. Memang cukup ironis, tetapi itulah yang terjadi.

Belakangan, ada kabar menggembirakan soal Lapan di Santolo yang menjadi pusat peluncuran roket tersebut. Menurut Iman dan Wawan, pihak Lapan sudah setuju memindahkan peluncuran roketnya ke Desa Cijayana, Kec. Mekarmukti, Garut Selatan. Itu terjadi setelah Pemkab Garut meminta kesediaan Lapan untuk membantu mengembangkan dunia pariwisata di selatan Garut.

Belum ada konfirmasi dari pihak Lapan mengenai hal itu. Namun menurut Iman, Biro Umum Lapan telah merespons keinginan Pemkab Garut. Lapan, belakangan bahkan menunjukkan niat baiknya untuk segera memindahkan pusat peluncuran roket ke kawasan Cijayana Kecamatan Mekarmukti.

Berdasar catatan “PR”, keberadaan Lapan sebagai pusat uji coba penerbangan roket di kawasan Pantai Santolo sudah cukup lama, seiring dengan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai “markas” Lapan oleh pemerintah. Seiring dengan berdirinya Lapan, Santolo pun menggeliat jadi tempat wisata pantai.

Sialnya, di kemudian hari, Lapan seakan mengganggu terhadap perkembangan objek wisata Santolo dan Sayang Heulang — pantai tetangga Santolo. Apalagi, karena Lapan telah menentukan zona-zona bahaya, di antaranya zona bahaya satu hingga radius 6.000 M dari titik pusat uji coba peluncuran roket dan zona dua hingga radius 2.000 M.

Itu artinya, jika di Lapan ada peluncuran roket, hingga radius 1.500 m segala aktivitas masyarakat di kawasan tersebut harus dihentikan karena dikhawatirkan terjadi bahaya yang dapat mengancam jiwa. Hal itu bisa dilihat bila di Lapan ada aktivitas peluncuran roket.

Iman bahkan mengatakan bahwa untuk merealisasikan rencana itu, saat ini sudah dilakukan sosialisasi bahkan pembebasan tanah seluas 300 ha di kawasan Cijayaya. Perencanaannya pun akan diupayakan sematang mungkin agar tidak timbul masalah di kemudian hari.

“Hebatnya, Lapan pun telah membuat master plan soal itu. Nantinya, di areal peluncuran akan dilengkapi dengan penghijauan dan kebutuhan lainnya agar keberadaannya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya,” kata Iman.

Kabar tersebut, tak pelak, merupakan kabar baik. Hanya kita tidak bisa berharap, Santolo cepat berubah menjelma menjadi objek wisata unggulan di Garut, kecuali pihak Lapan merelakan kawasannya pelan-pelan dikelola Pemkab Garut.

Jika itu terjadi, kita akan lebih asyik lagi menikmati lobster dan cumi goreng, selain bercanda dengan kekasih di bibir Pantai Santolo. (Aam Permana Sutarwan/“pikiran rakyat”)***

Catatan : Tulisan ini merupakan tulisan lama admin blog yang baru ditemukan di mesin pencarian Google dari sebuah blog. Terimakasih penulis ucapkan kepada blogger yang sudah mendokumentasikan tulisan penulis.

No comments:

Arsip

  • ()
  • ()
Show more