
Mau bukti? Buktinya ada di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
berupa gamelan kuno dan antik. Bila kita melongok musieum, di salah satu ruangan
bernama Ruang Gamelan, ada seperangkat gamelan bergaya Jawa. Di salahsatu
gamelannya, ada catatan bahwa gamelan tersebut merupakah hadiah dari Mataram
atas “prestasi” Sumedang dalam adu muncang. Namanya Gamelan Sari Oneng.
Gamelan hadiah dari Mataram atas prestasi Sumedang dalam adu
muncang ini, berada dalam ruangan sama dengan gamelan bernama Sari Oneng
lainnya yang pernah melanglangbuana ke Belanda, namun kembali lagi ke Tanah
Sunda, kemudian menjadi penghuni Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang.
“Gamelan ini, memang hadiah dari Mataram karena Sumedang
menjadi jawara dalam adu muncang,” tutur seroang petugas musieum, Ny. Lilis.
Sayangnya, di museum tidak ada bukti fisik berupa muncang
terkuat di daerah kekuasaan Mataram tersebut. Pasalnya, konon, muncang Sumedang
yang memenangkan saembara adu muncang, diserahkan ke Kerajaan Mataram.
Keterangan dalam gamelan tersebut, betapapun, telah menjadi
bukti penting bahwa adu muncang sudah ada sejak jaman dulu. Hal itu juga
menjadi pertanda bahwa adu muncang merupakan warisan budaya leluhur di Tanah
Jawa, termasuk di Sumedang, sama halnya dengan balap kuda. Adu muncang menjadi kalangenan
orang tua kita dulu.
Fakta soal adu muncang pernah menjadi bagian kehidupan orang
Sumedang dulu termasuk para menak dan keluarganya, sepertinya sudah dilupakan. Di
Sumedang, kalangenan adu muncang ini, kini bahkan sudah mulai hilang.
Ini patut disayangkan. Kita, seharusnya melestarikan budaya
adu muncang tersebut, agar tidak punah.
Mungkin, ada baiknya dipikirkan oleh Kabupaten Sumedang untuk
menggelar acara rutin adu muncang, misalnya dalam peringatan Hari Jadinya. Kalau
tidak, oleh Yayasan Pangeran Geusan Ulun Sumedang, karena dulu pun kalangenan
itu digemari sekali oleh para menak dan keluarganya.***
3 Comments
7e73b051/082301318774